Kota Yogyakarta tidak lepas dari Malioboro, sebuah jalan ikonik yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga perempatan Kantor Pos. Saya sudah beberapa kali ke Yogya, zaman masih banyak pedagang sepanjang jalan Malioboro, hingga sekarang sudah tertata rapi. Jalan Malioboro menyambung dengan jalan Margo Mulyo, yang sama-sama dikenal menjadi pusat wisata, belanja, dan kuliner. Di Jl. Margo Mulyo No.16, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122, inilah terletak Pasar Beringharjo Yogyakarta, sebuah pasar lengkap yang sudah ada sejak zaman dulu.

Wisata Belanja ke Pasar Beringharjo
Walaupun sepanjang jalan Malioboro dan jalan Margo Mulyo ini berjajar banyak sekali toko-toko maupun toserba yang menjual batik maupun barang-barang yang sering dibeli untuk oleh-oleh, mampir ke Pasar Beringharjo akan mendapatkan pengalaman yang berbeda.

Gedung pasar ini cukup luas total seluas 2,5 hektar, terdiri dari dua blok bangunan. Bangunan yang bisa diakses dari jalan Margo Mulyo atau dari arah Barat.
Sebuah gedung dengan menara kembar berlantai dua, bertuliskan “Pasar Beringharjo” berwarna biru sekaligus menjadi petunjuk gerbang masuk ke dalam pasar. Pasar ini menawarkan berbagai macam barang, yang menjadikannya surga belanja bagi wisatawan dan warga lokal.



Berbagai barang-barang yang di jual di sini antara lain:
Batik: Berbagai jenis batik, dari batik tulis hingga batik cap, dengan motif khas Yogyakarta.
Makanan Tradisional: Jajanan khas Yogyakarta seperti bakpia, jenang, krasikan, wajik, dan kuliner seperti sate kere, pecel, soto, dan nasi empal.
Kerajinan Tangan: Berbagai kerajinan tangan khas Yogyakarta, suvenir untuk pernikahan, hiasan rumah, dan lain-lain.
Pakaian dan Aksesoris: Pakaian tradisional dan modern, tas, topi, sepatu, dan lainnya.
Rempah dan Bahan Jamu: Jahe, temulawak, kunyit, dan bahan-bahan untuk membuat jamu tradisional.
Barang Antik: Mesin ketik tua, helm kuno, dan barang-barang antik lainnya (terutama di lantai 3 bagian timur).


tempat los-los batik
Pasar Beringharjo bukan hanya tempat belanja, tetapi juga merupakan situs sejarah yang kaya dengan budaya Jawa. Anda dapat merasakan suasana pasar tradisional yang autentik sambil belajar tentang sejarah dan budaya Yogyakarta.
Pasar ini boleh dibilang sangat luas, sehingga rata-rata pengunjung hanya mengetahui bagian barat saja yang menjual aneka batik, baik berupa kain batik maupun yang sudah jadi baju.
Dibandingkan dengan produk-produk batik di toko, yang umumnya harganya sudah dibanderol dan jarang bisa ditawar. Barang-barang di Pasar Beringharjo Yogyakarta, bisa ditawar harganya hingga memperoleh harga yang pas. Ibu-ibu penjualnya pun ramah, yang dengan senang hati memperagakan model kebaya yang dia jual.


kios batik dan penjual kebaya yang memperagakan model kebaya
Bila kalian naik ke lantai dua, di blok bangunan sisi barat, akan menghirup aroma herbal. Di lantai ini memang dijual aneka jamu-jamuan dan produk herbal. Ada yang berupa kemasan, maupun berupa rimpang dan rempah.
Sedangkan di lantai tiga, dijual aneka batik dengan berbagai kualitas, barang-barang antik, aksesoris rumah tangga hingga kain korden.
Di bagian belakang blok sisi barat, dipisahkan oleh jalan kecil, jalan Beringharjo, ada pasar tradisional blok sisi timur, yang bisa kalian capai dari jalan Pabringan.
Di blok timur ini merupakan pasar tradisional berupa komoditi produk segar, atau pasar basah.

Sejarah Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo adalah pasar tertua di Yogyakarta yang memiliki nilai historis dan filosofis yang tidak terpisahkan dari Keraton Yogyakarta.
Awalnya, lokasi pasar ini adalah hutan beringin. Pasar ini didirikan pada tahun 1758 dan kemudian dibangun secara modern pada tahun 1925. Nama “Beringharjo” berasal dari kata “bering” (hutan beringin) dan “harjo” (sejahtera), dengan harapan pasar ini membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Pasar ini merupakan bagian dari pola tata kota Kasultanan Yogyakarta yang disebut Catur Tunggal, meliputi Keraton, Alun-alun, Masjid, dan Pasar sebagai pusat transaksi ekonomi.
Sebelum dinamai Beringharjo, pasar ini dikenal dengan nama Pasar Gedhe. Pada awalnya bentuk Pasar Beringharjo sangat sederhana dan darurat. Kemudian seiring bertambah ramainya orang yang berjualan maka dibuatkan los dengan tiang kayu dan atap welit.
Pada tahun 1925, Keraton Yogyakarta menugaskan Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton India Belanda) untuk membangun 11 kios di pasar tersebut.
Penutup
Kalau mau jelajah Pasar Beringharjo Yogyakarta memang tidak cukup hanya sekali jalan. Kalian bisa berkunjung di pagi hari untuk mendapatkan harga kain atau busana batik dengan harga yang bisa ditawar. Apalagi kalian sebagai pelanggan pertama.
Di sisi utara blok Pasar Beringharjo, terdapat Pasar Klitikan, yaitu kios barang antik hingga spare-part kendaraan. Di sebelah barat pasar klitikan, akan tampak barisan toko-toko emas, perak, logam, plastik, boneka, perkakas rumah tangga, elektronik, hingga dekorasi rumah.
Malam harinya kalian bisa kembali lagi ke sini, karena di sisi jalan Pabringan dibuka kuliner malam hari dengan aneka jajanan tradisional khas Yogyakarta.
Yogyakarta memang ngangenin sih. Tak heran bila libur panjang, kawasan ini selalu ramai pengunjung, dari pagi hingga malam hari.
