Sunrise at Angkor Wat, Cambodia

Buat kita orang Indonesia yang tiap hari ada matahari, ternyata menunggu matahari terbit di Angkor Wat (sunrise at Angkor Wat), Cambodia, sensasinya berbeda. Sama halnya walaupun sering jalan-jalan ke alam, sunrise dan sunset di pantai atau gunung, tetap saja berbeda vibesnya antara satu pantai ke pantai lain, atau gunung ke gunung lain.

Sebenarnya peristiwa nungguin matahari terbit di Angkor Wat ini sudah lama banget kejadiannya, tapi kesannya masih melekat sampai sekarang. Sehingga memang tidak lengkap kalau ke Kamboja tidak ke Angkor Wat yang terletak di kota Siem Reap, Kamboja.

Sejarah Siem Reap dan Angkor Wat

Sejarah panjang dan berliku ada dibalik nama Siem Reap, yang artinya Siam Tiarap, atau menyerah. Negara Siam atau Thailand pernah menjajah daerah ini, dan berbagai bangsa sesudahnya. Orang Khmer yang merupakan leluhur rakyat Kamboja sangat bangga akan dirinya yang bisa mengalahkan Thailand kala itu.

Angkor Wat sendiri artinya City of Temples. Angkor artinya Kota, merupakan kompleks kota tua yang terletak di Barat Laut Kamboja, dulunya merupakan kedudukan kerajaan Khmer di abad 9 hingga 15.

Sekarang Angkor Wat merupakan monumen keagamaan terbesar di dunia, dengan situs seluas 162,6 hektar. Awalnya merupakan kuil Hindu, kemudian berkembang menjadi kuil Budha yang merupakan susunan ukiran batu yang rumit dan merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah Kamboja dan termasuk World Heritage.

Sebagai candi paling terawat di situs arkeologi Angkor, Angkor Wat adalah satu-satunya bangunan yang masih difungsikan sebagai pusat kegiatan religius sejak didirikan.

Tentang Kawasan Angkor Wat

peta kawasan angkor wat
peta kawasan arkeologi Angkor

Angkor Wat terletak 5,5 kilometer (3,4 mil) di sebelah utara kota modern Siem Reap, tidak jauh di sebelah selatan dan sedikit ke timur dari bekas ibu kota Kerajaan Kambujadesa yang berpusat di candi Baphuon. Angkor Wat adalah situs terselatan di dalam lingkup kawasan utama situs-situs arkeologi Angkor.

Terdapat beberapa blok-blok kawasan dengan nama-nama kuil yang berbeda dan masing-masing memiliki kekhasan. Kawasannya sangat luas, maka pengelola wisata setempat memberlakukan karcis masuk terusan, senilai 20 dollar AS, yang berlaku untuk sehari penuh dari matahari terbit hingga terbenam.

Menurut jadwal yang sudah kami susun di itinerary, kami akan melihat matahari terbit di kuil utama di Angkor Wat (sunrise at Angkor Wat).

Kami harus berangkat pagi sekali dengan bis dari hotel ke tempat penjualan karcis di loket di pintu utama kompleks kuil.
Ketika bis sampai di kawasan, hari masih gelap gulita, kami pun antri di depan loket mulai pukul 05:00.
Keunikan dari karcis ini adalah, pengunjung dipotret satu demi satu, sehingga di karcis masuk ada foto diri kami masing-masing.

tiket dengan foto diri

Oleh sebab itu karcis tersebut tidak boleh hilang sepanjang hari tersebut. Karena dari satu kawasan kuil ke kawasan kuil lain jaraknya cukup jauh.
Rombongan kami naik bis yang disewa sepanjang hari tersebut.

Setelah mendapatkan karcis, kamipun berjalan menyusuri jalan menuju ke kuil utama.
Hari mulai terang tanah, sehingga jalan berbatu menuju kuil mulai terlihat.
Di spot yang merupakan tempat terbaik di mana kami bisa mendapatkan foto matahari terbit yaitu di tepi kolam, sudah ramai dengan pengunjung lain.
Masing-masing memasang kamera dengan berbagai posisi, tidak mau ketinggalan momen penting ini.

semua mengabadikan momen matahari terbit

Walaupun saya berasal dari negeri tropis, di mana matahari terbit dapat dilihat setiap hari, momen matahari terbit tetap menjadi peristiwa yang spesial. Mau di puncak gunung Bromo, mau di tepi pantai Sanur, atau tepi pantai Timur Pangandaran, saya rela bangun pagi-pagi menunggui sang Matahari muncul dari ufuk timur.
Apalagi ini di negeri orang dengan siluet kuil-kuil dan latar belakang langit merah muda kearah oren.
Tadinya, saya pikir, kuil-kuil di Angkor Wat berlapiskan emas, lho.

lukisan angkor wat
sisi lain angkor wat, sumber: wikipedia

Ketika matahari mulai tinggi, tampaklah kuil-kuil tersebut dalam warna aslinya.
Ternyata kuil-kuil tersebut menghitam berselimutkan lumut dimakan usia.
Tak heran, kuil-kuil tesebut usianya sudah ratusan tahun.
Renovasi memang sedang dilakukan tetapi sulit sekali merenovasi sesuai aslinya seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia pada waktu merenovasi Borobudur.
Yang saya lihat, sih, beberapa bagian hanya dilapis semen keabuan, tanpa ada ukiran atau membuat replikanya.

Seperti lazimnya akan mengunjungi suatu daerah wisata, saya googling dahulu seperti apa sih gambaran obyek wisata di tempat tersebut.
Agak kecewa sebenarnya, karena kenyataan di lapangan ternyata jauh lebih lapuk daripada foto-foto yang beredar di internet.
Bisa jadi efek foto sehingga sinar matahari bisa berwarna keemasan.
Bisa juga karena kamera saya, kamera saku dan kamera ponsel, sehingga tidak bisa menampilkan gambaran foto yang lebih indah daripada warna aslinya.

kuil angkor wat dari dekat, sumber: hani

Setelah puas berkeliling di kuil utama dan berfoto bersama grup, maupun swafoto, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan kuil lainnya.

situs angkor wat dikelilingi kanal
di depan gerbang
di depan gerbang menuju Kuil Bayon, kawasan lain

Penutup

Tentang Dreskod Batik

Salah seorang teman kuliah kami, Solichul Hadi (Mas Dede), setelah lulus malah menggeluti batik, usaha warisan dari ayahnya. Nah, engga nyambung ya dengan dunia arsitektur.

Dari beliaulah kami mendapatkan dress code batik kami tersebut. Motif batik ini dinamakan batik Tiga Dimensi. Saya lupa kenapa Mas Dede menamakan batik ini batik Tiga Dimensi. Sepertinya karena terdiri dari 3 baris warna. Oh ya, batik kami batik sungguhan lho, batik tulis maksudnya.
Tak lupa kami foto bersama dong dengan seluruh peserta pakai dress code batik.

dreskod batik
foto bersama

Selama kami di Angkor Wat kagum lho dengan dress code batik kami. Sekalian promosi lah batik dari Indonesia.
Sampai ada pasangan bule dadah-dadah di atas itu, bukan rombongan kami. Kagok dia keluar dari kuil utama Angkor Wat, tapi keblok oleh rombongan yang sibuk foto-fotoan.

Update Angkor Wat 2025

Satu dekade setelah kami mengunjungi Angkor Wat ini dan mencek keberadaannya di Google Review, sepertinya kondisi kuil semakin lapuk. Banyak komentar yang kecewa dengan kondisi serta kebersihan kuil, sementara tiket sekarang sudah mencapai $37.

Walaupun demikian, kesan mengalami sunset at Angkor Wat, Cambodia ini tetap melekat dalam kenangan, apalagi bersambang ke negeri orang tersebut bersama teman-teman.

Tinggalkan komentar