Pulau Lombok, terlihat bulat di tengah jajaran pulau-pulau antara pulau Jawa dan pulau Timor. Sejarah panjang berbagai kerajaan silih berganti menguasai pulau ini, yang masing-masing meninggalkan artefak sejarah. Pulau yang mulai mengembangkan pariwisata sebagai sumber pendapatan asli daerah, mengangkat Desa Wisata Sasak Ende, sebagai salah satu tujuan wisata populer.
Nama Pulau Lombok berasal dari bahasa Sasak “lomboq”, yang artinya “lurus, jujur”.
Menurut berbagai informasi, terdapat satu desa wisata lainnya yaitu Desa Sasak Sade, juga mengangkat pesona kehidupan tradisional suku Sasak di Pulau Lombok.

Mengenal Suku Sasak
Menurut sejarah, konon Suku Sasak berasal dari migrasi penduduk Jawa dan Bali. Di era surutnya kekuasaan Kerajaan Majapahit, beralih ke kekuasaan Kerajaan Mataram, dan menjadi Mataram Islam, banyak penganut Hindu yang migrasi ke pulau Bali. Sebagian kemudian menyeberang ke Pulau Lombok, walaupun mulai menganut Islam tetapi masih mempertahankan tradisi leluhur mereka.
Tradisi yang unik disertai dengan memiliki bahasa khusus, bahasa Sasak yang juga memiliki dialek berbeda, tergantung pada daerahnya di Pulau Lombok.
Menariknya, ada informasi bahwa Suku Sasak sebagai penganut Islam, menjalankan tradisi yang disebut “Wetu Telu” yang sering diartikan sebagai “waktu tiga”. Interpretasi bahwa Wetu Telu adalah menjalankan salat tiga kali sehari adalah tidak benar.
Wetu Telu merujuk pada tiga tahapan kehidupan manusia, yaitu lahir, hidup, dan mati. Pemahaman ini menjadi dasar bagi pelaksanaan berbagai upacara adat dalam Wetu Telu.
Dalam keseharian, tentu saja masyarakat Pulau Lombok termasuk Suku Sasak menjalankan syariat Islam secara penuh, termasuk salat lima waktu.
Apa itu Desa Wisata
Desa wisata adalah sebuah konsep pengembangan pariwisata yang memanfaatkan potensi lokal suatu desa, baik dari segi alam, budaya, maupun buatan, untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. Dalam konsep ini, masyarakat setempat berperan aktif sebagai pelaku utama dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata.
Konsep desa wisata berbeda dengan destinasi wisata pada umumnya karena fokus utamanya adalah pada keterlibatan masyarakat dan keberlanjutan.
Banyak desa-desa yang mempunyai potensi adat-budaya, alam, dan lainnya, oleh pemerintah daerah setempat dikembangkan menjadi Desa Wisata.
Tujuannya adalah meningkatkan menggerakan perekonomian warga dan melestarikan adat & budaya setempat.
Menuju Desa Wisata Sasak Ende
Waktu itu kami rombongan family gathering sebuah kampus swasta di Bandung, melakukan wisata ke Pulau Lombok. Setibanya di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, di Praya, kami menuju ke Desa Wisata Sasak Ende. Desa ini terletak di Dusun Piang Tansang-ansang, Jalan Pariwisata Sengkol – Kuta, Sengkol, Kec. Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Bar. 83573.
Kami dijemput oleh bus wisata, sekitar lima menit perjalan dari bandara sudah tiba di desa tersebut.
Sejenak kami berfoto terlebih dahulu di bawah gerbang yang menunjukkan nama desa, lalu masuk ke kawasan desa, diterima oleh pemandu penduduk lokal.
Kakak pemandu menjelaskan tentang kehidupan tradisional Suku Sasak di Desa Sasak Ende, dengan melihat rumah-rumah adat khas Sasak.



desa wisata sasak ende, lombok
Rumah-rumah di Desa Ende dibangun dengan arsitektur tradisional Suku Sasak. Atapnya terbuat dari alang-alang kering dan dindingnya menggunakan anyaman bambu. Dari depan tepi atap tampak rendah, sehingga siapapun yang akan masuk rumah harus menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan kepada tuan rumah.



Lantai rumah adat ini dilapisi dengan campuran tanah liat dan kotoran sapi, yang dipercaya dapat memperkuat lantai, menangkal debu, dan dianggap suci.
Seorang Ibu Sepuh dengan gembira menyambut kami, dan dengan bangga menerangkan bahwa pemandu kami adalah salah satu putra beliau.
Di salah satu pojok desa terdapat lumbung padi, salah satu kearifan lokal agar desa tetap bertahan di musim paceklik. Kehidupan masyarakat tradisional memang terlihat harmonis dengan alam, dengan mata pencarian utama mereka sebagai petani, penenun, dan nelayan.


Oleh pemandu kami pun diarahkan ke sebuah ruangan besar seperti balai dilengkapi bangku-bangku kayu. Peserta berjumlah 30-an pun mencari tempat duduk yang paling nyaman. Kali ini akan ada pertunjukan seni dari penduduk desa yaitu:
- Tari Gendang Beleq: Tarian ini diiringi dengan alat musik gendang berukuran besar (beleq), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya mereka.
- Peresean (Perisean): Ini adalah salah satu seni tari dan pertarungan tradisional Suku Sasak yang paling terkenal. Berupa pertarungan antara dua pria (pepadu) bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan perisai kulit kerbau yang tebal (ende).
Nama “Ende” sendiri berasal dari kata “perisai” atau “pelindung”, yang melambangkan desa ini sebagai pelindung adat dan budaya mereka.


Penutup


Sesudah acara kesenian kami diarahkan untuk ke sebuah ruangan berupa toko suvenir. Rupanya sudah menjadi ciri khas di setiap daerah tujuan wisata, di akhir sesi melihat-lihat atau berinteraksi dengan warga setempat, kemudian tiba saatnya membeli oleh-oleh.
Ruangan toko oleh-oleh tidak besar, barang yang dijual pun aneka produk. Ada yang berupa kain tenun, ada pula yang berupa produk jadi terbuat dari kain tenun.
Menuju pintu ke luar, kami melewati seorang perempuan yang sedang mempraktekkan menenun kain dengan alat tenun gendong.
Tak terasa kami ada di Desa Wisata Sasak Ende lebih dari satu jam, waktu telah menunjukkan tengah hari. Masih ada satu tujuan lagi, sebelum mampir ke sebuah restoran untuk makan siang.

 
 
makin penasaran pengen tahu lebih banyak tentang Wetu Telu itu. bukan apa apa ya hanya memandangnya sebagai sejarah dan budaya yang unik saja
saya tuh pengen punya kain tenun seperti di gambar ini, buat properti foto atau dekorasi aja, bagus banget ya
Menarik untuk diketahui nih, saya baru tahu jika kotoran sapi bisa dibuat lantai rumah, hmm bagaimana baunya? Apakah ada syarat tertentu jika akan digunakan sebagai lantai?
Acara pertunjukkan seninya pasti keren banget euy. Udah biasa gitu ya, mengunjungi desa wisata berakhir dengan mendatangi toko souvenir buat beli oleh-oleh.
seru, nuansa etniknya masih kental banget ya kelihatannya. jadi penasaran pengen berinteraksi juga dengan warga disana dan mengenal lebih dalam tradisinya.
Desa wisata Ende sangat menarik untuk dijadikan destinasi wisata. Bahaya tempat yang memberikan view yang indah tetapi juga kebudayaannya seperti peresean yang menarik untuk disimak. Mudah-mudahan menjadi destinasi serta keluarga saya berikutnya
Aku baru tahu artinya Lomboq itu lurus, jujur. Kepengen banget aku bisa eksplore Lombok, semoga ada rejekinya. Sekarang desa wisata mulai digalakkan pemerintah ya untuk mendukung pariwisata. Setuju banget karena menjaga kearifan lokal juga