Bersambang ke Masjid Raya Sumatera Barat

Ketika mendampingi suami dinas ke Padangpanjang, kami menginap di Bukittinggi. Nah, perjalanan dari Bandung itu kan, dari Bandung, naik bus ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, terbang ke Padang, sambung naik mobil ke Bukittinggi. Jadi sebelum kembali ke Bandung, kami stay dulu di Padang, ingin menyambangi Masjid Raya Sumatera Barat, yang bentuk arsitekturnya unik. Selain itu ya supaya tidak lelah saja sih, kalau non-stop melakukan perjalanan.

Sejarah

sumber https://masjidraya.sumbarprov.go.id/
sumber: https://masjidraya.sumbarprov.go.id/

Gagasan pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat telah di mulai sejak tahun 2005 oleh Pemda Provinsi Sumatera Barat, maka diadakanlah sayembara rancangan Masjid, sayembara diikuti oleh 323 peserta, dan masuklah 71 desain Masjid, diputuskanlah desain Masjid yang tidak pakai kubah, hal ini menuai polimik di kalangan DPRD Sumatera Barat, yang mengakibatkan terundurnya pembangunan Masjid.

Masjid ini didesain oleh Rizal Muslimin, dari Biro Konsultan Urbane, lewat proses sayembara yang diadakan pemerintah daerah pada 2006. Adapun rancang bangun rinci dikerjakan oleh Penta Rekayasa. Total Bangun Persada bertindak sebagai kontraktor pelaksana untuk lima tahap awal pembangunan (sampai 2014).

Di laman Wikipedia, Masjid Raya Sumatera Barat mempunyai nama lain yaitu: Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang terletak di Jalan Chatib Sulaiman, Kota Padang, Sumatera Barat. Pembangunannya diawali peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 dan dinyatakan selesai pada 4 Januari 2019 dengan total biaya sekitar Rp330 miliar.

Pengalaman Berkunjung ke Masjid Raya Sumatera Barat

masuk dari area parkir

Waktu kami berkunjung ke sana baru banget tiba di kota Padang. Jadi sesudah beres check-in ke hotel, mencari makan siang, kami pun pesan taxi online untuk diantar ke Masjid ini.

Sebagai pemerhati masjid di mana pun di Indonesia maupun dunia, saya menyempatkan mampir untuk merasakan vibes ruangan maupun bentuk bangunannya.

Apalagi bila sebelumnya ada kontroversial bahwa masyarakat masih beranggapan bahwa bentuk masjid harus berkubah. Padahal banyak masjid mula, atau awal syiar Islam di Indonesia, memakai bangunan tradisional setempat, yang atapnya tajug (atap bersusun).

Berdiri di lahan seluas 7,5 hektare, masjid ini memiliki denah berbentuk persegi yang melancip di empat sudutnya, terinspirasi dari bentuk bentangan kain yang digunakan Nabi Muhammad untuk mengusung Hajar Aswad. Konon ada kisah tentang kain tersebut digunakan empat kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah.

detail kolom dan sudut atap

Bentuk bangunannya sekaligus merepresentasikan gonjong, atap rumah adat Minangkabau. Ruang utama yang berfungsi sebagai ruang salat terletak di lantai atas dengan elevasi enam meter dan dapat diakses melalui bidang miring yang membujur ke jalan.

Hari sudah menjelang lohor, sehingga pas banget, kami menyempatkan sholat dijamak lohor dan ashar sekalian.
Waktu itu hari Sabtu, masjid tidak ramai, terlihat sangat besar dan luas.
Ternyata belakangan kami baru tahu, kalau masuk dari belakang, karena didrop oleh taxi dari arah parkir.

Berbeda bila melihat dari internet.
Tapi memang bentuknya yang persegi hampir sama dari semua sisi, rancu untuk membedakan setiap sisi masjid.
Apalagi kota Padang, sebagai kota pantai, panasnya luar biasa.
Tidak tahan untuk berada di luar ruangan dan berjalan di bawah terik matahari, untuk survey keliling, yang mana sih tampak depannya?…hehe…

Di dinding masjid berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan empat sudut yang mengandung arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat.

Pada eksterior Masjid Raya Sumatera Barat terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket khas Minangkabau.

Bentuk dinding masjid yang memiliki ukiran segitiga yang didalamnya terdapat enam sudut ini sempat menjadi perbincangan berbagai kalangan, namun sebenarnya memiliki filosofi yaitu tiga tungku sajarangan, tiga tali sapilin (ulama, ninik mamak, cadiak pandai) yang harus memegang teguh rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat.

ramp ke ruang shalat
ramp ke lantai dua

Saya pun mencari tempat wudhu akhwat, dan shalatnya harus naik ke lantai dua.
Ada pilihan ramp ke lantai dua, atau naik tangga, tetapi kalau naik tangga harus dari arah luar.

tempat wudhu

Jujur, alur sirkulasinya agak membingungkan. Mungkin karena saya bukan warga setempat dan belum biasa dengan situasi Masjid Raya Sumatera Barat ini.

Sedangkan suami shalatnya di lantai dasar, jadi tidak sulit mencari-cari ruang shalat.

Shalat di Sumatera, walaupun shalat fardhu, ternyata diawali dengan ceramah terlebih dahulu, baru sesudah itu dilaksanakan shalat.

Ruang utama memiliki interior yang menarik dan unik. Bagian mihrabnya dibuat menyerupai bentuk batu Hajar Aswad dengan atasnya terdapat ukiran nama-nama Asmahul Husna yang berwarna emas dengan latar putih.

Ruangan di dalam teras megah, plafond di dalam malah berbentuk kubah transparan berwarna putih.

pintu masjid
pintu masjid
interior ruang shalat

Penutup

panasnya kentang

Mulai pertama kalinya Masjid ini digunakan untuk ibadah adalah pada 7 Februari 2014. Awal Ramadan 1436 H ini Masjid Raya Sumatera Barat telah dipercantik dengan pagar dan papan nama.
Luas area bangunan sekitar 40.343 meter persegi dan mampu menampung sekitar 20.000
jamaah.

Masjid ini dirancang mampu menahan gempa hingga 10 SR sekaligus bisa dijadikan shelter lokasi evakuasi saat tsunami. Lantai dasar masjid dapat menampung 15.000 jemaah, lantai kedua dan ketiga sekitar 5.000 jamaah. Untuk saat ini pada lantai pertama masjid terdapat ruang salat, toilet, wudhu, juga areal parkir.

Setelah shalat rencananya kami mencari cafe untuk ngopi dingin di cuaca kota Padang nan panas. Ternyata setelah ditelusuri di seberang masjid sesuai tertera di google map, cafe yang dimaksud tidak ada. Sepertinya belum menjamur cafe cantik seperti di Bandung, yang bertebaran segala penjuru kota.

Tinggalkan komentar