Destinasi wisata cukup populer di kota Solo adalah Pura Mangkunegaran Solo yaitu sebuah istana yang terletak di jalan Ronggowarsito, Solo. Sebetulnya ada istana lain yang juga menjadi objek wisata, yaitu Istana Keraton Kasunanan.
Kalau dihitung jari saya ke Pura Mangkunegaran ini sudah empat kali. Seperti biasa, datang ke tempat yang sama dengan teman seperjalanan yang berbeda, vibesnya berbeda. Tentu saja menjadi kisah yang menarik.
Pertama ke Pura Mangkunegaran saya jalan-jalan sendiri, karena ingin tahu dan lagi gabut engga ada kerjaan.

Ke dua bareng teman bloger Solo, lanjut mengantarkan ke beberapa tempat lainnya. Ketiga bareng suami sebelum kami makan di resto Praciman Tuin. Dan keempat bareng teman-teman peneliti dari Caraka Solo.

Sejarah Mangkunegaran
Mangkunegaran adalah sebuah kadipaten (kepangeranan) di Surakarta, Jawa Tengah, yang didirikan pada tahun 1757. Berdirinya Mangkunegaran berawal dari perlawanan Raden Mas Said (kelak dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa) terhadap VOC dan kerajaan Mataram yang saat itu sudah berada di bawah pengaruh Belanda.

Mangkunegaran berdiri setelah diadakannya penandatanganan Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 oleh Sunan Pakubuwono III dan Raden Mas Said, dengan saksi Sultan Hamengkubuwono I dan VOC.
Dari hasil perjanjian tersebut, Mangkunegara memerintah di wilayah Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu. Oleh sebab itu Pura Mangkunegaran juga sebagai tempat tinggal pemimpin Mangkunegara I, dan anak-cucu keturunannya hingga sekarang, yaitu Mangkunegara X.
Istana yang awalnya bangunan kecil, baru pada 1815 direnovasi dan ditambah bagian-bagian baru sehingga jadi lebih luas.
Mangkunegaran merupakan kadipaten dengan posisi di bawah Kasunanan atau Kasultanan. Pada tahun 1757 – 1946, Kadipaten Mangkunegaran menjadi kerajaan otonom dan mempunyai wilayah yang sangat luas serta berhak mempunyai tentara sendiri yang independen dari kasunanan.
Akhirnya, pada bulan September 1946, Mangkunegara VIII menyatakan bergabung dengan NKRI. Saat tahun 1945 – 1946, terjadi revolusi sosial besar di Solo Surakarta yang menyebabkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya.
Wisata Ke Pura Mangkunegaran
Meskipun dibuka sebagai tempat wisata, hingga saat ini Pura Mangkunegaran masih menjaga kesucian dan kesakralannya. Karena itu, ada tata krama dan praturan yang harus di patuhi wisatawan saat memasuki kawasan Pura Mangkunegaran ini.
Ketentuan utama adalah pengaturan soal tata cara berpakaian, yaitu harus sopan, tidak bolah menggunakan celana pendek, dan tidak boleh menggunakan batik motif parang atau lereng.
Jika ada wisatawan yang menggunakan celana pendek, maka harus memakai kain atau jarik yang disediakan oleh pemandu wisata.

Adapun untuk berkunjung ke Pura Mangkunegaran Solo harus membeli tiket secara online seharga Rp 20.000,- untuk wisatawan lokal dan Rp 40.000,- untuk wisatawan mancanegara.
Para wisatawan dapat berkunjung ke Pura Mangkunegaran pada hari apapun, karena kawasan wisata sejarah ini buka setiap hari, untuk jam operasional Mangkunegaran dimulai dari pukul 08.30-14.00 saat hari biasa dan pukul 09.00 – 13.00 saat weekend.
Seperti yang diketahui, Pura Mangkunegaran saat ini dihuni oleh keluarga Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X. Ia ditetapkan sebagai penerus tahta Kadipatèn Mangkunegaran ke-10 pada tanggal 1 Maret 2022 dan dinobatkan tanggal 12 Maret 2022.
Waktu saya berkunjung ke sini diantar oleh pemandu wisata untuk berkeliling ke dalam kawasan yang terletak di belakang Pendopo Ageng.



foto sendiri di bawah plafon cantik dan bareng teman peneliti
Kalau akan mengamati Pendopo Ageng kita diminta untuk melepas alas kaki dan bisa jalan-jalan sampai ke belakang. Di pendopo ini ada gamelan yang masih dipakai bila ada acara atau peringatan tertentu terkait dengan kepentingan Mangkunegaran.

Sebagai salah satu bangunan bersejarah dan kental dengan budaya Solo, tidak heran jika Pura Mangkunegaran ini selalu ramai dikunjungi. Selain itu, Pura Mangkunegaran juga menawarkan edukasi sejarah Solo, serta menjadi pusat kesenian dan budaya Solo serta menawarkan beragam spot terbaiknya.
Penutup
Berhubung kawasan ini selain menjadi objek wisata juga menjadi rumah tinggal keluarga Mangkunegaran, maka ada area-area tertentu merupakan area private.
Taman di belakang Pendopo Ageng pun tampak asri sehingga tidak terasa kalau kita ada di kota Solo yang panas dan gerah.

Tak banyak sebetulnya yang bisa diamati karena wisatawan hanya ditunjukkan nama-nama bangunan. Tetapi untuk belajar lebih dalam tentang arsitektur, seperti yang saya harapkan, saya kurang mendapat informasi. Sepertinya harus ke Empu atau ahli yang tahu tentang tata bangunan arsitektur tradisional Jawa, seperti yang tampil pada atap Pendopo Ageng.
