Museum Adityawarman Padang, Jejak Taman Mini ala Sumatera Barat

Sehari di kota Padang, ngapain ya? Ke taman hiburan, main ke pantai, atau susur alam, tidak kami lakukan kali ini. Apalagi kalau jalan-jalan di tepi pantai, ombak Samudra Hindia terpantau ombaknya besar, deretan berbatu pemecah gelombang, dan pasirnya hitam. Ketemu di Google Map, ada Museum Adityawarman Padang, sebuah museum daerah yang terletak di Jl. Diponegoro No.10, Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat 25114.
Jadi, rencananya sesudah sarapan, kami berencana ke sana saja. Beginilah kalau slow travelling, rencana kemana hari ini ditetapkan mendadak saja, sesuka hati.

Jelajah Museum Adityawarman Padang

Walaupun kalau cek di Google Map, kami bisa jalan kaki dari hotel ke Museum Adityawarman yang jaraknya hanya 1 km. Tapi cuaca panas yang bikin keringat mengucur, jalan kaki kami batalkan. Akhirnya balik lagi memakai taxi online kemana-mana.

Sesampainya kami di sana, harus membeli tiket terlebih dahulu. Tidak mahal, harga tiket masuk dewasa Rp5.000,-, anak-anak Rp3.000,-, dan warga negara asing Rp5.000,- juga. Buka tiap hari Selasa s/d Minggu, pukul 08:30-16:00.

halaman museum adityawarman
halaman museum adityawarman

Halaman museum cukup luas dan asri karena ada taman dan pepohonan di kiri-kanannya. Begitu masuk ada dinding berwarna kuning di sisi kiri dan pahatan wajah Pahlawan Nasional asal Minangkabau, di antaranya Rasuna Said, Tuanku Imam Bonjol, Mohammad Natsir, Abdul Muis, Mohammad Hatta, dan lain-lain.

Hari masih pagi, museum pun baru buka, sehingga kami dengan santai berkeliling di kawasan museum ini.

Monumen Pesawat dan Monumen Proklamasi

Di sisi kanan berdiri tegak Monumen Pesawat berupa pesawat udara kuno. Ternyata sebuah pesawat tempur Harvard AT-16 B 424, yang diperoleh dari penyerahan aset ML-KNIL (Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger). Di era Republik Indonesia pernah dimanfaatkan sebagai pesawat serang darat seperti pernah dilakukan saat menghadapi Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintahan Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta) pada tahun 1957-1958.

monumen pesawat
monumen pesawat

Kami pun berjalan menyusuri jalan tepat di tengah, menuju Monumen berwarna putih dan di belakangnya replika bangunan tradisional Minangkabau dengan ciri khasnya beratap gonjong.

Monumen berwarna putih tersebut adalah Monumen Pejuang yang Tidak Dikenal, yaitu berupa patung yang menggambarkan seorang pejuang yang duduk memegang bambu runcing.

Sedangkan di sampingnya tegak berdiri Monumen putih yaitu Monumen Proklamasi yang berbentuk pilar-pilar dan terdapat bentuk bola di puncaknya. Bagian bawahnya terdapat relief yang melingkar menggambarkan perjuangan para pahlawan di Kota Padang saat melawan para penjajah.

Museum Adityawarman

Tibalah kami di bangunan utama yang dari tepi jalan sudah tampak kemegahannya, yaitu Museum Adityawarman Padang yang merupakan ruang pameran utama.

Keberadaan museum ini tidak hanya menjadi lambang pelestarian budaya Minangkabau, tetapi juga pusat dokumentasi sejarah yang penting bagi masyarakat Sumatera Barat.

Museum Adityawarman Padang, Jejak Taman Mini ala Sumatera Barat
pameran utama

Bentuk arsitekturnya megah berbentuk Rumah Gadang khas Minangkabau, selain tempat penyimpanan benda bersejarah, juga ikon wisata budaya yang memikat perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Rumah Gadang yang menjadi bangunan utama dihiasi ukiran khas Minangkabau yang sarat makna filosofis.

Bangunan museum berdiri di atas lahan yang luas dengan suasana rindang, menghadirkan nuansa tradisional sekaligus modern.

Museum ini mulai dibangun pada tahun 1974, sebagai sebuah pusat pelestarian benda bersejarah yang meliputi cagar budaya Minangkabau, cagar budaya Mentawai, dan secara umum cagar budaya Nusantara. Peresmiannya sendiri dilaksanakan pada 16 Maret 1977 oleh Mendikbud yang menjabat ketika itu, Prof. Dr. Sjarif Thayeb.

Pada tanggal 28 Mei 1979, museum ini secara resmi diberi nama ‘Adityawarman’. Nama museum ini diambil dari nama salah satu raja yang pernah berkuasa di Minangkabau antara 1347-1375 M. Dalam tinjauan sejarah, Raja Adityawarman merupakan salah satu raja Minangkabau yang berasal dari trah kebangsawanan Majapahit.

Raja Adityawarman sendiri diperkirakan berkuasa pada era yang sama dengan periode sejarah saat Gajah Mada menjabat sebagai Mahapatih (1334-1364 M).

maket museum
maket kawasan museum adityawarman

Di dalamnya, tersimpan lebih dari 6.000 koleksi yang terbagi dalam berbagai kategori seperti etnografi, arkeologi, numismatik, filologi, dan seni rupa tradisional.

Koleksi ini menampilkan kekayaan warisan budaya Minangkabau, dari pakaian adat, alat musik, peralatan rumah tangga, hingga senjata tradisional yang menggambarkan kehidupan masyarakat tempo dulu.

detail Rumah Minangkabau dan tampak Monumen Proklamasi dari dalam gedung

Salah satu daya tarik utama museum ini adalah koleksi etnografi yang menampilkan ragam budaya Minangkabau yang begitu kaya. Pengunjung dapat melihat berbagai jenis pakaian adat dari setiap nagari di Sumatera Barat, lengkap dengan aksesoris khas yang digunakan dalam upacara adat.

senjata tradisional dan filosofi adat Minangkabau

Selain itu, terdapat pula koleksi alat musik tradisional seperti talempong, saluang, dan gandang tabuik yang masih dimainkan dalam berbagai upacara adat hingga kini. Koleksi ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana seni dan budaya Minangkabau diwariskan dari generasi ke generasi.

inti kebudayaan minangkabau
khasanah koleksi museum adityawarman

Taman Purbakala Zaman Prasejarah

Setelah puas mempelajari satu persatu koleksi di Museum Adityawarman yang terdiri dari dua lantai, kami pun ke luar ke halaman belakang.

Terdapat taman yang tak terlalu luas dikeliling oleh beberapa bangunan lainnya. Taman ini bernama Taman Purbakala Zaman Prasejarah. Terdapa prasasti zaman megalitikum dan kerajaan yang pernah berkembang di Sumatera Barat.

patung archa bhairawa

Di ujung taman tegak berdiri Patung Archa Bhairawa, yaitu dewa raksasa yang sering dikaitkan dengan perwujudan Raja Adityawarman.

Ruang Pameran Temporer

Di belakang bangunan rumah bagonjong terdapat bangunan berbentuk L, yang merupakan ruang pameran temporer.

Kami memasuki salah satu ruangan yang memamerkan aneka senjata dan peralatan perang tradisional. Sedangkan di ruangan sebelahnya, tertera nama ruangannya Museum Rendang.

peta sebaran kuliner rendang

Unik juga ada Museum Rendang. Seperti kita ketahui rendang merupakan jenis kuliner Sumatera Barat yang mendunia.
Seorang staf yang melihat kami terheran-heran, mempersilakan kami memasuki ruangan. Saya tadinya mengira, di museum ini dijual bumbu rendang gitu, untuk oleh-oleh. Ternyata bukan. Di Museum Rendang dipamerkan infografis proses pembuatan dan jenis-jenis rendang.

Penutup

Cukup lama kami asyik mengamati satu demi satu keterangan yang tertera pada setiap objek yang dipamerkan.
Museum memang menjadi sarana edukasi yang masih diminati hingga hari ini. Tantangannya adalah bagaimana mengemas museum supaya tidak membosankan dan itu-itu saja tata letaknya.

Di dunia yang serba digital ini memang perlu solusi yang lebih menarik, agar museum tak seolah-olah menjadi semacam gudang penyimpanan.

Setelah dari Museum Adityawarman Padang lalu ke mana? Pas banget, di seberangnya ada toko oleh-oleh Shirley, yang terkenal dengan keripik sanjay yang enak banget. Tanpa pikir panjang, ke sanalah kami mengakhiri jalan-jalan hari ini.

Tinggalkan komentar