Setelah jalan-jalan sepanjang jalan Progo terus ke jalan Bahureksa Bandung, bersama komunitas BWI (bandoengwaktoeitoe), kali ini kami akan menyambangi sebuah komplek bangunan bersejarah lainnya di kota Bandung. Bangunan tersebut adalah Museum Bio Farma, yang terletak di Jl. Dr. Djundjunan (d/h Pasteur) No. 28, Bandung 40161, Jawa Barat Indonesia. Kompleks ini bersebelahan dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Walaupun sudah lama menetap di Bandung, sekali-sekalinya ke sini adalah menghadiri undangan pernikahan anak seorang teman. Karena memang di kompleks ini ada gedung serbaguna Bio Farma yang disewakan untuk hajatan/wedding.
Museum Bio Farma

Waktu itu disepakati bagi peserta yang mendaftar untuk kumpul di pos jaga di depan kompleks Bio Farma. Komunitas yang diketuai oleh Kang Ijoel ini, menunggu janji temu dengan staf Bio Farma yang akan mendampingi kami berkunjung ke Museum.
Foto-foto dululah di depan gedung bersejarah ini.

Museum Bio Farma merupakan bagian dari gedung utama Bio Farma yang terdiri dari gedung agak besar di bagian tengah, lalu kanan-kirinya ada semacam anex yang dimensinya lebih kecil daripada gedung utama.
Museum Bio Farma terletak di sebelah barat gedung utama. Kalau kalian cek di Google Map, keterangannya “permanently closed”, rupanya untuk bisa masuk atau berkunjung ke Museum hanya melalui perjanjian.
Kami diterima oleh dua orang staf Humas dari Museum Bio Farma dan diarahkan menuju Lobby Museum lalu belok ke kiri, menuju ruangan auditorium untuk mendapatkan paparan sejarah berdirinya Bio Farma melalui slide.
Sebelum cerita sejarah, saya cerita gedung Museumnya saja dulu yah…
Gedung Museum tidak besar, terdiri dari:
- Teras
- Lobby
- Ruang Auditorium
- Ruang Pamer/Gallery
- Toilet
Keseluruhan gedung ini dulunya didesain oleh Charles Prosper Wolff Schoemaker tahun 1923, seorang arsitek Belanda, yang pernah menjadi Rektor Institut Teknologi Bandung di era pemerintahan Hindia Belanda.
Karya C.P.Wolff Schoemaker tersebar di kota Bandung, antara lain Hotel Preanger, Villa Isola yang sekarang jadi Rektorat UPI, dan masih banyak lagi.
Di Ruang Pamer/Gallery kita bisa melihat foto-foto, alur time line, dan berbagai lemari kaca yang menceritakan tentang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan, serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi.


Sebagai sebuah perusahaan PT Bio Farma (Persero) adalah sebuah perusahaan milik pemerintah yang berdiri tanggal 6 Agustus 1890 di Batavia, pada masa Pemerintahan Hindia Belanda bernama Parc Vaccinogene. Kemudian tahun 1895, berubah jadi Parc Vaccinogene en Institut Pasteur.
Di tahun 1902-1941 menjadi Landskoepok Inrichting en Institut Pasteur (Lembaga Pasteur) menempati gedung di Jalan Pasteur, Bandung (sekarang jalan Dr. Djundjunan).
Di tahun 1942-1945, Jepang mengambil alih Gedung ini dan bernama Bandoeng Buki Kenkyushoo.
Selanjutnya ketika Indonesia merdeka di tahun 1945-1949, kembali jadi Landskoepok Inrichting en Institut Pasteur. Lalu 1950-1954, berganti nama menjadi Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur
Di tahun 1955 menjadi Lembaga Negara Pasteur, lanjut di 1961, menjadi PN Bio Farma.
Kemudian di tahun 1997 menjadi PT Bio Farma (Persero) dan sekarang ini sejak tahun 2020 menjadi Bio Farma Group, membawahi PT Bio Farma (Persero), Kimia Farma Tbk, Indofarma Tbk, dan PT. INUKI (Industri Nuklir Indonesia).

Untuk Museum Bio Farmanya sendiri baru dibangun dan merenovasi salah satu bangunan Bio Farma. Peresmiannya diadakan pada tanggal 17 Desember 2015. Fungsinya selain memberikan informasi sejarah Bio Farma, juga sejarah perkembangan vaksin dan serum di Indonesia.
Sejarah Vaksin di Indonesia
Awal mulanya Belanda mendirikan lembaga Parc Vaccinogene tak lepas dari upaya pemerintah kolonial Belanda memenuhi kebutuhan vaksinasi untuk penduduk lokal dan kolonial.
Lembaga ini bertujuan untuk memproduksi vaksin rabies, cacar, dan berbagai serum lainnya.
Di zaman tersebut penyakit cacar api merupakan wabah mematikan yang penularannya sangat cepat. Bagi penderita yang berhasil sembuh pun menyebabkan bopeng-bopeng/parut pada wajah yang sifatnya permanen.

Sejarah panjang lembaga Pasteur sendiri didirikan oleh Louis Pasteur pada tahun 1887 di Paris, Perancis, yang merupakan pusat penelitian yang terkenal karena kontribusinya dalam pengembangan vaksin dan penelitian mikrobiologi.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai sejarah pembuatan vaksin oleh Lembaga Pasteur:
- Pengembangan teori kuman penyakit
- Vaksin Rabies (1885)
- Vaksin kolera ayam (1879)
- Antraks (1881)
- Berhasil mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh demam
Louis Pasteur juga yang pertama kali menyarankan agar para dokter selalu membasuh tangan dan membersihkan peralatan kedokteran sebelum melakukan pembedahan.
Setelah meninggalnya Louis Pasteur pada tahun 1895, Lembaga Pasteur terus menjadi pusat terkemuka dalam penelitian vaksin. Peneliti di lembaga ini terus mengembangkan vaksin untuk berbagai penyakit, termasuk difteri, tetanus, polio, dan tuberkulosis.
Lembaga Pasteur juga berperan penting dalam mendirikan pusat penelitian di berbagai negara, termasuk di Dakar (Senegal) dan Ho Chi Minh City (Vietnam), yang membantu dalam penelitian dan pengembangan vaksin di berbagai belahan dunia.
Lembaga Pasteur hingga kini tetap menjadi pusat terdepan dalam penelitian biomedis dan terus berkontribusi dalam pengembangan vaksin serta pemahaman tentang penyakit menular.
Lembaga Pasteur di Bandung, yang sekarang dikenal sebagai Bio Farma, merupakan salah satu institusi penting dalam sejarah kesehatan di Indonesia.
Diawali dari lembaga yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, di abad 21 ini PT. Bio Farma (Persero) telah memproduksi berbagai macam vaksin, termasuk vaksin untuk polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, hingga vaksin Covid-19, dan lainnya.
Vaksin-vaksin ini tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga diekspor ke lebih dari 140 negara di seluruh dunia.



berbagai vaksin produksi PT Bio Farma (Persero)
Apa itu Vaksin
Kita mungkin masih ingat ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia. Kemudian tak lama kemudian Pemerintah Indonesia melaksanakan program vaksinasi Covid-19 gratis bagi seluruh rakyat Indonesia. Program yang dilaksanakan hampir dua tahun termasuk booster, juga diberikan pada anak-anak usia di atas usia 6 tahun.
Vaksin sejatinya adalah produk biologis yang dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar mengenali dan melawan patogen (seperti virus atau bakteri) tanpa menyebabkan penyakit yang sebenarnya.
Vaksin bekerja dengan cara memperkenalkan suatu bagian dari patogen (seperti protein atau antigen) ke dalam tubuh, yang kemudian akan dikenali oleh sistem kekebalan tubuh. Ini akan merangsang produksi antibodi dan sel memori yang dapat mengenali dan melawan patogen jika tubuh terpapar di masa depan.
Tujuan pemberian vaksinasi adalah untuk perlindungan individu dari penyakit yang dapat dicegah.
Kalaupun ada kelompok masyarakat yang anti-vaks, dan mereka tidak terpapar wabah yang sedang merajalela, sebetulnya sebagian besar populasi yang divaksinasi tersebut sudah membentuk Kekebalan Kelompok (Herd Immunity).
Menurut staf Humas Biofarma, selalu ada kelompok masyarakat anti-vaks ini, tidak terbatas di Indonesia saja, tetapi di negara maju pun ada yang mempunyai prinsip anti-vaks.
Sayangnya lagi, seringkali orang tua yang awalnya anti-vaks lalu tersadarkan pentingnya vaksinasi maupun imunisasi, tidak bisa mengejar ketertinggalan jadwal imunisasi bagi anak-anak mereka.
Beberapa jenis imunisasi justru harus diberikan begitu bayi baru lahir atau sebelum usia balita, agar tubuh bisa membentuk antibody.
Penutup


Sebagai satu-satunya perusahan pembuat vaksin di Asia Tenggara, PT. Bio Farma (Persero), telah memainkan peran vital dalam kesehatan masyarakat Indonesia dan internasional, serta terus berupaya meningkatkan kapasitas dan inovasi dalam produksi vaksin untuk menghadapi tantangan kesehatan global.
Penelitian terus dilakukan oleh Biofarma, karena sebelum digunakan secara luas, vaksin harus melalui uji klinis yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Setelah disetujui, vaksin terus dipantau untuk efek samping atau masalah lainnya.
Banyak negara memiliki program vaksinasi yang mengatur pemberian vaksin secara sistematis kepada masyarakat, biasanya dimulai sejak bayi untuk melindungi dari berbagai penyakit menular yang berbahaya.
Vaksin memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat dengan mengendalikan dan memberantas berbagai penyakit menular yang sebelumnya menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Sebagai rakyat Indonesia, saya bangga bahwa negara kita mempunyai Biofarma Group yang bisa memroduksi sendiri vaksin dan obat-obatan.
Setelah kunjungan di Museum Bio Farma, kami masih ngobrol-ngobrol di Gazebo di bawah rimbunnya pohon di halaman depan Bio Farma. Sambil istirahat, kami mendapatkan paparan dari Kang Ijoel tentang sejarah kesehatan dan dokter-dokter pribumi maupun Belanda di zaman Kolonial Belanda.
Beberapa nama-nama dokter pribumi maupun Belanda yang berjasa dalam ilmu kesehatan di Indonesia menjadi nama-nama jalan di sekitar RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin), seperti jalan Dr. Otten, jalan Nyland, jalan Dr. Hatta, jalan Dr. Curie, jalan Dr. Saleh, jalan Dr. Cipto, dan lain-lain.

Hari itu saya mendapatkan pengetahuan banyak sekali tentang kesehatan, vaksin, dan sejarah berdirinya Biofarma Group ini.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
https://www.biofarma.co.id/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/07/23/museum-wolff-schoemaker
https://historia.id/sains/articles/upaya-memberantas-cacar/
baru tau kalau di Bandung ada museum yang berhubungan dengan dunia farmasi, menarik sekali mbak
Seru kalau datang ke museum,kita jadi tau sejarah dan mungkin proses berdirinya museum, jarang-jarang juga ada museum seperti ini dimasukkan ke kurikulum sekolah, jadi kita sendiri yang kudu mencari tahu
Diaorama pemerintahan Hindia Belanda masih sangat terlihat dan terasa di Museum Bio Farma ini. Jadi agak merinding nggak sih, hehehehe… Perjalanan gedung ini cukup panjang juga ya, bahkan sempat berganti-ganti nama juga. Banyak juga vaksin yang telah dibuat oleh Bio Farma ini. Bahkan telah diekspor ke lebih dari 140 negara di dunia. Baru tau juga kalo Bio Farma ini adalah perusahaan pembuat vaksin di Asia Tenggara. Mantap pisan artikelnya ini, jadi nambah wawasan baru nihhhh
Wahh jadi gedungnya udah berusia 100 tahun? Tapi masih bagus yaa. Berarti dirawat dengan baik.
Di Indonesia udh cukup maju vaksinnya. Rasanya pengen ajak kaum antivax ke sana..biar kagak nganu.
Selama ini taunya museum yg umum² aja, hehe.. Ternyata ada juga museum farmasi. Museum Bio Farma ini wajib dikunjungi sih kalo ke Bandung.
Walo memang gedung 100 tahun ini nggak terlalu besar, tapi yg penting isi sejarah di dalemnya sih, termasuk sejarah vaksin dan ilmu tambahan dari Kang Ijoel tentang dokter-dokter pribumi dan Belanda kala itu.
Ngebayangin melihat alat-alat peraga tentang alur waktu sebelum vaksin ditemukan kayaknya ngeri ya. Kita kan berurusan dengan penyakit. Apalagi labelnya penyakit mematikan.
adanya museum ini jadi menambah wawasan akan manfaat bagusnya vaksin. Apalagi di sini juga terdapat nama² dokter pribumi, sehingga bisa dikatakan udah sejak lama kita dianjurkan untuk vaksinasi ya
Pengalaman mengunjungi Museum Bio Farma menjadi sebuah pengingat penting bagi diriku tentang pentingnya vaksin dalam menjaga kesehatan. Vaksin bukan hanya sekadar penyuntikan, tetapi merupakan hasil dari dedikasi dan perjuangan panjang para ilmuwan untuk menyelamatkan umat manusia.
Wah, turut bangga juga nih karena ternyata Bio Farma adalah satu-satunya perusahan pembuat vaksin di Asia Tenggara. Jujur saja saya mengenal nama Bio Farma baru sejak pandemi Covid kemarin. Sekarang jadi lebih mengenalnya.
Baru tahu klo ada Museum Bio Farma, seru juga ya mbak, kita juga bisa dapat banyak pengetahuan. Kita jadi bisa belajar tentang sejarah vaksin.
Terimakasih ilmu dan informasi berharga ini. Sering banget main ke Pasteur, ke BPOM juga ke kebun binatangnya, tapi baru tahu ini ada museum dan ilmu tentang sejarah vaksin
Iya bener tahu istilahnya vaksin yg buming itu pas covid19 kan ya. Hehe … Setelah itu kita masyarakat mulai biasa deh dengan istilah vaksin ini
Wah aku ngebayangin ke museum bio farma ini sama anakku pasti dia seneng banget deh.. bisa juga nih sebagai salah satu medium cerita supaya anak nggak takut lagi disuntik untuk vaksin hehe
Tentang nama-nama jalan itu … teringat beberapa waktu lalu membaca celotehan seorang anak muda yang nggak suka karena nama jalan di Bandung kok ngambil nama orang asing. Duh, gemes. Bisalah cari info dulu tentang siapa itu dr. Curie, Nijland (Nyland), Eijkman, dll dan kenapa nama mereka diabadikan sebagai nama jalan.
Ternyata Museum Bio Farma baru dibuka tahun 2015, ya. Meski demikian sejarahnya panjang sekali dari zaman pemerintahan kolonial Belanda.
Padahal bagus ya, sayang sekali kalau permanently closed dan hanya bisa dikunjungi dengan janjian. Semoga suatu saat bisa buka lagi secara umum dan akses dipermudah ya
Rupanya, Bio Farma ini ada di Indonesia, perusahaan pembuat vaksin yang sudah ada sejak 100 tahun lalu.
Bangunannya masih kokoh. Entah kenapa kalau bangunan Belanda pasti tahan lama meski berusia ratusan tahun.
Sejarahnya panjang bgt ya museum ini. Bahkan ada sebelum Indonesia merdeka.
Emg peninggalan kolonial Belanda tuh bangunannya masih bagus dan megah2.
Dulu pas ke Bandung pgn banget ke sini. Penasaran ama isinya kyk apa. Tp emg sih di Map tulisannya ya permanently close. Ternyata hrs ada janji khusus.
Smg ntr kl jln2 ke Bandung bs ikutan jalan2 brg BWI deh. Asyik bgt ada tur kyk gt.
Bandung punya tempat kebanggan bersejarah yang salah satunya sekeren Museum Bio Farma.
Anak-anak mudah harus tahu ini biar mereka pada faham kenapa banyak nama-nama jalan di Bandung khususnya disekitar RSHS yang menggunakan nama-nama dokter baik pribumi maupun Belanda
Wah lengkap yaa kak, kereeen museumnyaaa, buatku yang pro vaksin bangettt jadi pengen tahu di sana ada vaksin apa ajaaa yang pernah dikembangkan, aakk sayang banget jauh di Bandung
Baru tahu kalau di Bio Farma ada museumnya. Selama ini aku kira cuma perkantoran aja sama laboratorium. Kalau kayak gini jadi pengen ngajak anakku ke sana deh, belajar tentang per-vaksin-an yang pernah ada
Berarti kalau mau icip buat berkunjung ke Museum Bio Farma, harus ikutan walking tour di Bandung dulu nih ya. Tapi karena nggak dibuka secara bebas untuk umum begini, jadinya kalau mampir, jadi beneran bisa belajar banyak dan dapat penjelasan mendalam. Tentu saja yang datang adalah pengunjung yang benar-benar penasaran.
By the way, itu yang diawetkan ular beneran ya? Itu … ular yang dimanfaatkan untuk diambil serumnya.
Iya betul Kak. Itu ular asli, yang diawetkan. Diambil serumnya buat mengobati yang kena patuk ular…
Yah baru baca ini artikel, padahal kemarjnbaru aja dari bandung. Nextkalo kebandung lg kudu kesino deh, ternyata bagus lengkap ya, bisa buat umum kan?
Nuansa sejarahnya begitu terasa banget kalau melihat bangunannya. Bangunan peninggalan Belanda dengan desainnya yang khas, berbeda dengam lainnya.
Museumnya asik nih, konsepnya museum Bio Farma juga bagus banget nih.
Baru tau loh aku kalau vaksin itu dikembangkan oleh Belanda. Jadi Belanda gak cuma menjajah kita nih. Tapi ada juga yang kasih wawasan.
Kalau ngomongin vaksin, jadi inget Covid-19 banyak yang nolak dan kontra. Apalagi kalau soal imunisasi bayi, wah, di sini masih banyak yang ibunya nggak mau anaknya diimunisasi. Padahal kan ya meninhkatkan imunitas
Jadi kalau mau ke museum bio farma ini mesti bikin janji dulu ya, kak? Noted. Aku kira tinggal datang aja langsung. oh iya ternyata sejarah vaksin di Indonesia ada di museum bio farma ya terkait vaksin cacar ini. Tapi bener sih cacar bikin aku punya bopeng deket alis.
wah keren ya. ini informasi yang fresh dan baru banget buat aku. ternyata bersejarah banget ya museum ini untuk dunia kesehatan di Indonesia
Sering dengar PT. Bio Farma, tapi gak tau tempat dan sejarahnya gimana. Ternyata bio farma memiliki sejarah panjang ya, sampai ada museumnya..
Aku dulu pertama kali ke PT. Bio Farma (Persero) juga dalam rangka touring bareng komunitas Blogger BDG dan alhamdulillah vaksin influenza.
Seneng banget karena Biofarma ada di Bandung karena jadi mudah memperoleh vaksin juga ada museum edukasi yang bagus sekali untuk anak-anak belajar mengenai biofarma dan perkembangannya.
Kunjungan ke Museum Bio Farma kayaknya seru banget! Selain bisa tahu sejarah panjang tentang vaksin dan perjuangan melawan wabah di Indonesia, juga bisa ngintip gedung bersejarah hasil karya arsitek Belanda, C.P. Wolff Schoemaker. Plus, dengan mendengar cerita tentang dokter-dokter zaman dulu yang jadi nama jalan di Bandung, bikin makin kagum sama kontribusi mereka di dunia kesehatan.