Kota Melaka atau Kota Malaka, dalam bahasa Melayu disebut Bandar Melaka, merupakan kota bersejarah di Malaysia. Kurang lebih sama dengan George Town di pulau Penang. Waktu itu kami berkesempatan mengunjungi Muzium Samudera Melaka, dikenal juga sebagai Museum Maritim Melaka, yang merupakan salah satu museum paling ikonik dan menarik di Melaka. Keunikan utamanya terletak pada bangunannya yang merupakan replika skala penuh dari kapal kerakah Portugis abad ke-16, Flor de la Mar.
Daftar Isi
Sejarah dan Konsep


Muzium Samudera Melaka
Muzium Samudera Melaka ini memperlihatkan tentang sejarah perdagangan Melaka dan perkembangan perdagangan dari zaman Kesultanan Melayu sampai zaman kolonial.
Museum unik ini memang berbentuk replika kapal Flor de la Mar yang asli. Kapal yang terkenal dalam sejarah ini tenggelam di Selat Melaka saat membawa harta karun yang sangat besar setelah penaklukan Melaka oleh Portugis pada tahun 1511.
Berdasarkan catatan sejarahnya, Flor de la Mar disebut sebagai kapal layar termegah pada masanya. Kapal ini dikomandoi oleh Alfonso D’alberquerque dalam misinya menaklukkan Melaka. Konon harta yang dibawa oleh kapal tersebut mencapai Rp 38 miliar. Namun, mereka tidak pernah sampai kembali ke negara asalnya dan bangkai kapalnya hingga kini tidak pernah ditemukan.
Menurut beberapa referensi, ukuran panjang kapalnya mencapai 36 meter, lebar 8 meter, dan tinggi 34 meter.
Replika kapal Flor De La Mar sebagai museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1994.
Pengalaman Mengunjungi Muzium Samudera
Waktu itu kami ke Melaka bersama sahabat suami, seorang warga Malaysia, pak Razali. Beliau bersama isteri dan putera-puterinya menjemput kami dari hotel di Kuala Lumpur kemudian naik mobil ke Melaka yang jaraknya 1.5 jam perjalanan.
Melaka terletak di tepi pantai, sebuah kota bersejarah, menurut catatan sejarah merupakan ibu kota Kesultanan Malaka dan pusat peradaban Melayu pada abad ke-15 dan 16.
Bangsa Portugis menaklukkan Melaka pada tahun 1511. Antara tahun 1641-1795, Melaka dikuasai Belanda. Kemudian Melaka dikuasai Britania Raya pada tahun 1820-an sampai kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957. Britania Raya menyerahkan Bencoolen (Bengkulu) kepada Belanda dan sebagai gantinya mereka mendapatkan Melaka.
Pada tahun 2008 Melaka dan George Town, dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Warisan Dunia (World Heritage).
Ketika kami tiba di Flor de la Mar hari sudah agak siang, pa Razali pun membelikan tiket masuk ke museum seharga RM10 per orang. Seingat saya, untuk pengunjung non Malaysia, beda harga, tetapi karena pa Razali yang membelikan, saya berdua suami ya diaku sebagai WNM sih (warga negara Malaysia).

Kapal ini setinggi rumah, jadi untuk masuk ke museum, naik dulu ke atas, tiba di dek kapal di atas.

Ada Apa di Replika Flor de la Mar?
Ketika kami memasuki Muzium Samudera, akan merasa seolah-olah berada di dalam kapal asli, dan untuk masuk ke dalam kapal harus melepaskan alas kaki. Bagian dalam kapal lantainya dari kayu, mirip di dalam kapal, dengan suasana penerangan yang temaram.


Waktu itu saya belum pakai kamera HP, pakai kamera pocket yang ketajaman pengambilan gambarnya kurang bagus. Walaupun begitu, sedikitnya bisa merasakan pengalaman imersif tentang kehidupan di kapal dan sejarah maritim.

Suasana di dalam kapal terasa sangat nyaman, bersih, rapi, dan teratur. Interior museumnya ditata apik, walaupun kapal ini dari luar terlihat kecil, tetapi ketika berada di dalamnya terasa lapang. Ada tangga putar untuk turun ke bawah. Jadi tata letak museum bertingkat, yang tiap lapis memamerkan subjek berbeda.


suasana di dek atas dan di dalam kapal
Beberapa kapal kuno kecil juga dipajang agar para pengunjung lebih memahami lagi sejarah Melaka.
Seperti halnya sebagaian besar museum yang saya kunjungi, di dalam kapal Flor de la mar ini juga menampilkan berbagai diorama, patung, dan replika yang menggambarkan kehidupan para pedagang, pelaut, dan bahkan kondisi tahanan di kapal pada masa lalu.



Ada juga contoh berbagai artefak, dokumen, dan peninggalan dari era Kesultanan Melaka hingga periode penjajahan oleh Portugis, Belanda, dan Inggris. Pameran ini menjelaskan bagaimana kendali atas Melaka sangat vital untuk dominasi maritim di wilayah tersebut.
Informasi pelayaran juga bisa dipelajari melalui peta kuno, rute perdagangan zaman dahulu kala, teknologi navigasi, dan jenis-jenis kapal yang digunakan pada zaman itu. Bahkan dipamerkan juga berbagai perangko yang menggambarkan kapal-kapal layar purba.


Muzium Samudera II
Tak jauh dari kapal Flor de la Mar dibangun bangunan tambahan yang sering disebut Fase II. Di sini merupakan museum yang memamerkan pada ekosistem laut, konservasi penyu, pemeliharaan terumbu karang, dan upaya Malaysia dalam melindungi lingkungan lautnya.

Penutup

Saya selalu tertarik mengunjungi museum, selain belajar sejarah, juga belajar desain museum, yang kali ini cukup unik karena meniru bentuk kapal yang melegenda.
Muzium Samudera terletak di Jalan Quayside, Banda Hilir, Melaka, di tepi Sungai Melaka, dan sangat mudah dijangkau dengan berjalan kaki dari landmark terkenal lainnya seperti Stadthuys (Bangunan Merah).

Muzium Samudera Malaka, merupakan museum yang menawarkan pengalaman wisata sejarah, menarik secara visual dan untuk pendidikan tentang kejayaan maritim di zaman Kesultanan Melaka.
Saking asyiknya mempelajari sejarah maritim dan mengamati satu demi satu artefak yang ada, tak terasa kami berada di museum hampir 2 jam. Kami yang tiba di Melaka saja sudah hampir lohor, sudah waktunya juga kulineran di sekitar museum kan…

