One Day Trip Kota Bukittinggi

Waktu itu saya ikut suami yang menjadi dosen tamu di ISI Padangpanjang, Sumatera Barat. Kami memutuskan booking hotel di Bukitting saja, agar bisa One Day Trip Kota Bukittinggi sebelum kembali ke Bandung. Jadi selama menjadi dosen tamu, kami tiap hari pergi-pulang saja ke Padangpanjang. Jaraknya tidak jauh, sekitar 40 km, walaupun melalui jalan berkelok, bisa ditempuh kira-kira 1-2 jam.

Bukittinggi, adalah kota kecil yang terletak di dataran tinggi Minangkabau, sehingga iklimnya kurang lebih sama dengan di Bandung. Udaranya yang sejuk khas pegunungan, menjadikan kota Bukittingi menawarkan ketenangan, yang kaya akan sejarah.

Walking Tour di Kota Bukittinggi

Kami menginap di Hotel Grand Kartini di jalan Teuku Umar, dan ternyata di sepanjang jalan ini berderet-deret hotel juga. Bukittinggi boleh dibilang menjadi destinasi wisata cukup populer bagi warga Sumatera, sehingga banyak pilihan hotel, yang kalau tidak cepat-cepat booking, akan kehabisan.

Rencananya ada satu hari luang setelah suami menyelesaikan tugasnya, kami akan keliling kota saja dalam satu hari tersebut.

peta walking tour
jalan kaki dari hotel ke taman panorama ngarai sianok

Ngarai Sianok

Di selatan kota Bukittinggi terdapat objek wisata alam bernama Ngarai Sianok.
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam atau jurang raksasa yang terletak di perbatasan Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Ngarai ini merupakan salah satu objek wisata alam paling ikonik dan menakjubkan di Sumatera Barat.

Ngarai Sianok terbentuk melalui proses geologi yang terbentuk akibat aktivitas tektonik dari Patahan Semangko (disebut juga Sesar Besar Sumatera), yaitu zona patahan kerak bumi yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera.

Setelah patahan menciptakan depresi besar, erosi oleh aliran Sungai Sianok selama jutaan tahun semakin memperdalam dan mempertegas bentuk jurang yang curam dan tegak lurus.

Kalau melihat di peta, jaraknya tak terlalu jauh, sehingga kami memutuskan jalan kaki saja dari hotel menuju Taman Panorama Ngarai Sianok.

Untuk masuk ke kawasan Taman, membeli tiket dulu di loket, di tepi taman kita bisa melihat pemandangan jurang raksasa yang membelah bumi itu menyambut dengan keheningan yang dramatis. Tebing-tebing curam berwarna hijau pekat menjulang tinggi, sementara di dasarnya, Batang Sianok (Sungai Sianok) mengalir tenang, tampak seperti pita perak yang membelah permadani hijau.

jalan kaki dari hotel dan tarif masuk objek wisata

Tak jauh dari situ, tersembunyi pintu masuk ke Lubang Jepang, jaringan terowongan pertahanan yang dibangun pada masa pendudukan Jepang.
Kami tak turun ke bawah, karena dirasa kurang menarik juga, sih.

ngarai sianok
di taman panorama
di taman panorama

Setelah puas melihat-lihat taman dan berfoto, rencananya akan naik angkot saja keliling kota.
Ongkosnya murah saja Rp3.500,-.
Di angkot kami tanya ke penumpang, kemana arah Benteng Fort De Kock. Ternyata sudah terlewat, jadi kami akan menuju Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta saja.

naik angkot
naik angkot
benteng fort de kock
benteng fort de kock, sumber: wikipedia

Janjang Ampek Puluah

Pengalaman mengunjungi Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta akan saya tuliskan terpisah ya…

Selepas dari Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, saya melihat peta, ada jalan pintas ke Pasar Atas. Rencananya kami akan menuju Jam Gadang, sebuah ikon kota Bukitting yang sangat terkenal. Berhadapan dengan Jam Gadang inilah terdapat Pasar Atas, sebuah pusat bisnis di kota Bukittinggi, sekaligus juga pusat oleh-oleh dan kuliner.

Saya waktu itu kurang teliti mencari informasi, hanya mengandalkan peta, yang ilustrasinya berupa titik-titik.
Ternyata Janjang Ampek Puluah (kadang juga disebut Janjang 40) adalah sebuah ikon wisata yang sangat terkenal di kota Bukittinggi, Sumatera Barat berupa anak tangga yang jumlahnya puluhan.

di depan gerbang Janjang Ampek Puluah

Namun, nama “Empat Puluh” ini sering kali hanya nama simbolis, karena jumlah anak tangga sebenarnya diperkirakan lebih dari 40 (beberapa sumber menyebutkan sekitar 70 hingga 80 anak tangga).

Janjang Ampek Puluah merupakan sebuah jalan pintas bertangga yang menghubungkan kawasan atas kota dengan kawasan pasar di bawahnya.

Konon tangga ini dibangun pada masa kolonial Belanda, tepatnya sekitar tahun 1908. Pembangunannya ditujukan untuk mempermudah akses dan mobilisasi barang antara gudang-gudang logistik Belanda yang terletak di bawah dengan pusat pemerintahan dan militer di atas.

Pasar Atas

Pelan-pelan setapak demi setapak, akhirnya sampai juga kami di ujung Janjang Ampek Puluah, dan tiba di kawasan Pasar Atas.

Pasar Atas Bukittinggi

Pasar Atas adalah salah satu kawasan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang sangat penting dan ikonik di kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Letaknya memang lebih tinggi dibanding dengan Pasar Bawah.

Komoditi yang dijual di Pasar Atas berupa kain-kain tradisional Minangkabau, songket, kain dan kerudung sulam aneka warna. Kerudung sulam atau bordir ini pun dengan berbagai kualitas dan harga, ada yang sulam tangan ataupun bordir mesin.

Selain itu juga dijual aneka perhiasan perak khas Koto Gadang, suvenir dan kerajinan tangan lokal.
Sedangkan di bagian lantai dasar dan jongko-jongko di samping gedung Pasar Atas terdapat berbagai macam makanan ringan dan oleh-oleh tahan lama, seperti Karupuak Sanjai (kerupuk singkong khas Bukittinggi) dan aneka camilan lainnya.

Jam Gadang

Berdiri kokoh di pusat keramaian, di depan Pasar Atas, terdapat Jam Gadang, yang konon adalah hadiah dari Ratu Belanda pada masa kolonial.

Keunikannya bukan hanya pada arsitekturnya yang Eropa-Minang, tetapi juga pada atapnya. Atapnya dirancang dengan gaya gonjong khas rumah adat Minangkabau, membuktikan adaptasi budaya yang jenius.

jam gadang

Di sekitar Jam Gadang, hiruk pikuk ramai orang berinteraksi di sekitar Jam Gadang. Apalagi area ini merupakan kawasan ruang terbuka mirip alun-alun yang dikeliling oleh bangunan pertokoan dan pusat perbelanjaan.

Penutup

Siang itu one day trip kota Bukittinggi ditutup dengan kuliner setempat yaitu Nasi Kapau Uni Lies, yang warung makannya tak jauh dari Pasar Atas.

nasi kapau uni lis

One Day Trip Kota Bukittinggi bukan hanya menawarkan pemandangan indah atau kisah sejarah yang terpisah. Kota ini menawarkan sebuah narasi utuh: kota ini adalah perpaduan harmonis antara keagungan alam (Ngarai Sianok), ketangguhan sejarah (Rumah Hatta dan Lubang Jepang) yang mengajarkan perjuangan, dan kehangatan budaya (Pasar dan Kuliner) yang mengajarkan tentang kehidupan.

Sebuah perjalanan ke Bukittinggi adalah perjalanan untuk menenangkan jiwa dan menemukan kembali kedalaman makna dalam setiap langkah.

Sore itu kami pun berjalan kaki kembali ke hotel.

Tinggalkan komentar