Radio Kayu Magno Sebuah Konsep Desain Keberlanjutan

Radio kayu Magno merupakan radio yang terbuat kayu dan bisa menangkap siaran radio dalam gelombang AM/FM sekaligus sebagai pemutar MP3. Radio Magno ini sempat menjadi pembahasan dalam majalah-majalah desain internasional bahkan sempat diperbincangkan dalam talkshow paling populer ‘Oprah Winfrey Show’.

Bagi teman-teman yang belum tahu, radio kayu bermerk Magno ini buatan anak bangsa, Singgih Kartono. Magno Radio berasal dari desa Kandangan, Jawa Tengah yang tak begitu jauh dari gunung Sumbing.

Memberdayakan Masyarakat Melalui Radio Kayu Magno

Radio kayu Magno yang terlihat apik terbuat dari kayu dengan kombinasi warna coklat gelap dan coklat coklat muda yang hangat.
Lingkungan sekitar desa Kandangan, tempat tinggal Singgih, penduduk desa rata-rata mata pencahariannya adalah bertani.

Singgih memang peduli dengan kampung halamannya. Ia tidak mau menyaksikan masyarakat di kampungnya hanya mengandalkan mata pencaharian yang turun-temurun dilakukan, menggarap sawah. Memang sektor pertanian masih menjadi andalan dalam masyarakat, sayangnya kebijakan pemerintah terkadang menjadi salah kaprah. Cara pertanian instan kemudian diterapkan pada masyarakat petani tradisional.

Di sisi lain ada beberapa warga di kampungnya yang menjadi tukang kayu sebagai tambahan penghasilan. Tentu saja hal ini bisa menjadi potensi untuk membantu lingkungannya, apalagi bahan-bahan dasarnya tersedia di sekitar mereka.
Hanya saja sebagai tukang kayu, teknologi yang digunakan tidak terlalu tinggi, termasuk masalah permodalan.

Ketelitian Detail Desain Radio Kayu Magno

 

Tak banyak yang berubah dalam teknologi tukang kayu. Peralatan memang menjadi lebih mudah digunakan dengan sedikit tenaga. Namun yang paling terpenting disini adalah kemampuan si tukang itu sendiri menghasilkan produk berkualitas tinggi. Dalam pembuatan radio ini, seorang pekerja yang memiliki bakat sebagai tukang kayu bisa langsung mengerjakan pekerjaannya selama sesuai dengan kualitas yang sudah digariskan. Bahkan untuk orang yang tidak memiliki latar belakang tukang kayu atau belum pernah berhubungan dengan kayu, dapat mempelajarinya langsung. Ini jelas menjadikan kampung itu sebagai komunitas tukang kayu yang baik.

Untuk mendapatkan radio dengan predikat seni, maka Singgih sangat memperhatikan faktor mental pekerja-pekerjanya. Sebab dibutuhkan banyak jam kerja guna menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Produk ini memang lebih mendasarkan pada detil produk yang baik, bukan sekedar fungsinya saja. Tak mengherankan bila kemudian Singgih dan para pekerjanya membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan usaha lainnya.
Keistimewana dari radio yang terbuat dari kayu adalah kotak atau body radio tersebut bisa memantulkan suara dengan sangat baik, sehingga suara yang ke luar akan jernih. Tak kalah dengan radio-radio bermerek buatan luar negeri.

Konsep Desain Berkelanjutan

Apa sih maksudnya konsep desain berkelanjutan?
Kata ‘berkelanjutan’ mengambil terjemahan dari bahasa Inggris, sustainability.
Artinya kalau kita mendesain atau membuat karya haruslah ada pemikiran berkelanjutan. Produk tersebut bisa diadakan terus, tidak khawatir kehabisan bahan baku.

Contohnya, kenapa kok sekarang mulai marak mobil dan motor hibrid?
Yaitu desain mobil yang bahan bakarnya bisa gantian antara memakai bensin seperti biasa atau listrik dari baterai yang sudah dicharge sebelumnya.
Kita tahu kan, persediaan minyak bumi semakin menipis, lama-lama akan kesulitan mendapatkan bahan bakar bensin.

Begitu pula yang terjadi ketika Singgih Kartono mendesain Radio Kayu Magno.
Kata Magno diambil dari kata ‘magnify’, kemudian dia terjemahkan menjadi sebuah desain radio yang sederhana, namun memiliki kehalusan dalam pengerjaannya.
Jadi Magno Radio lebih dari sekedar radio, kecil dan tentunya bagus yang dikerjakan kualitas pengerjaan tukang kayu kelas tinggi. Detil yang diberikan sangat halus menjadikan Radio Magno sebagai sebuah karya seni, yang sejajar dengan barang-barang elektronik lainnya, malahan terlihat paling menonjol.

Singgih menyadari bahwa produk yang dibuatnya membutuhkan kayu dalam jumlah yang banyak. Makanya setiap kali ia membuat produk radio ini, Singgih menanam satu pohon, untuk tetap menjaga alam yang lestari. Singgih menghitung dengan 40 pegawai ia bisa menanam pohon kembali pada area seluas 1-2 hektar. Dana dari menanam kembali pohon-pohon kayu itu diambil dari sebagian uang penjualan radio ini.
Di sinilah inti dari konsep desain berkelanjutan yang diterapkan pada Radio kayu Magno.

Penutup

 

 

Sesuatu yang baik dan viral seringkali juga menghasilkan follower atau orang yang juga membuat produk sejenis. Ketika Radio kayu Magno viral dan banyak dicari orang, di sisi lain banyak bermunculan tiruan radio kayu yang dibuat mirip dengan desain Singgih Kartono.

Sayang sekali produk tiruan tentu saja tidak berkualitas seprima produk aslinya. Apalagi dengan harga jual yang lebih murah dan kualitas suara yang tidak jernih.
Radio kayu Magno bisa kalian dapatkan di market place secara terbatas, dengan harga sekitar Rp 1.2 juta untuk radio baru atau sekitar Rp 500ribuan untuk yang bekas.

Semoga bermanfaat.

Tinggalkan komentar