Dulu banget waktu anak-anak masih SD kami pernah melakukan trip dari Bandung ke Malang, dan mampir ke Yogyakarta mengunjungi Candi Prambanan dan Borobudur. Suami yang mengemudikan mobil sepanjang jalan, dan seingat saya mampir ke Keraton Ratu Boko ini.
Tentu saja dulu belum direnovasi seperti sekarang. Pemerintah pusat memasukkan kompleks Situs Ratu Boko menjadi satu kawasan pengelolaan bersama Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Maka kawasan ini ditata ulang sehingga layak menjadi tempat pendidikan dan kegiatan budaya.
Apalagi Candi Borobudur dan Candi Prambanan dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.
Daftar Isi
Jejak Sejarah Situs Ratu Boko

Menurut catatan sejarah Situs ini merupakan sebuah tempat tinggal setara keraton.
Letak situs ini kira-kira 3 kilometer dari Candi Prambanan ke arah selatan yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Madang. Situs Ratu Boko berdiri pada abad ke-8 Masehi dibangun di masa pemerintahan Rakai Panangkaran (746-784 M) dari Wangsa Syailendra.
Situs Ratu Boko secara administratif berada di dua padukuhan, yakni Dusun Dawung di Desa Bokoharjo dan Dusun Sumberwatu di Desa Sambirejo, yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Situs Ratu Boko pertama kali ditemukan oleh arkeolog Belanda bernama van Boeckholtz pada 1790. Rangkaian penelitian pun kemudian dilakukan pada 1814, 1884, 1854, hingga 1915. Penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog dari Eropa itu menyimpulkan bahwa situs Ratu Boko terakhir kali digunakan sebagai istana sekaligus benteng pertahanan, meskipun pada awalnya adalah kompleks keagamaan.
Ada dugaan Rakai Panangkaran dari Wangsa Syailendra menganut agama Buddha, tetapi di lokasi situs ditemukan lingga yoni yang merupakan artefak tinggalan agama Hindu.
Struktur bangunan di Situs Ratu Boko terdiri dari beberapa struktur bangunan yang kompleks, termasuk bangunan-bangunan yang mencirikan sebuah keraton seperti gerbang masuk, paseban, pendapa, keputren, hingga guha untuk semedi.
Bangunan di Situs Ratu Boko
Menurut informasi di internet, saya bisa memesan tiket masuk melalui Traveloka. Tetapi ketika kami datang pagi hari ke Situs Ratu Boko ini bisa langsung membeli tiket melalui QRIS.
Konon Ratu Boko artinya Raja Bangau menurut legenda masyarakat setempat, yang merupakan ayah dari Roro Jonggrang, nama putri yang juga menjadi nama candi utama di kompleks Candi Prambanan.

Setelah tiket kami discan kami pun memasuki pelataran kecil sebelum naik ke tangga menuju kawasan situs.
Seorang pemandu menawarkan untuk menemani jelajah seluruh kawasan tersebut. Jadi sambil jalan-jalan ke dalam kawasan, pemandu bernama Mas Yulianto ini, bercerita tentang sejarah situs, serta sesekali membantu memfoto kami.
Memasuki kawasan, kami menapaki anak tangga satu demi satu kemudian sampailah di pelataran dengan rumput yang cukup asri. Di sisi kiri tampak Gunung Merapi, kemudian dikejauhan terlihat Candi Prambanan.
Sedangkan di sisi kanan ada fasilitas rekreasi, berupa gazebo atau pendopo kecil untuk beristirahat dan kolam air mancur.
Mendekati gapura, jalan setapak tersebut terdapat tiga area berbeda. Area tengah merupakan jalan utama yang boleh dilalui oleh wisatawan. Sedangkan jalur kanan dan kiri, tertera peringatan bahwa tidak boleh diinjak.
Hal ini disebabkan area sisi luar tersebut terbuat dari batu-batu lama yang sangat dijaga keutuhannya supaya tidak rusak.
Berikut ini struktur bangunan di kompleks Situs Ratu Boko:
Gapura

Mas Yulianto menjelaskan bahwa batu-batu untuk bangunan di situs diambil dari area sekitar yang aslinya merupakan bukit kapur.
Gapura masuk ke kawasan wisata Ratu Boko terletak di sisi barat, menuju bangunan lain yang berada di tempat yang cukup tinggi.
Di gapura ini terdapat bangunan dua gapura pengapit di setiap sisi. Adapun 3 dari 5 gapura itu kemudian terdapat tangga yang dilengkapi dengan pipi tangga dengan hiasan ukel (gelung) di pangkal dan kepala raksasa di puncak pipi tangga. Dinding luar pipi tangga juga dihiasi dengan pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran.
Candi Pembakaran dan Kolam Suci
Tak jauh dari Candi Pembakaran terdapat sebuah kolam tua berbentuk segi empat yang dipercaya merupakan sumber air suci. Menurut Yulianto, tidak ada sumber air di sini, kolam ini merupakan kolam tadah hujan, yang airnya digunakan untuk upacara keagamaan.
Menurut penelitian, kepercayaan di zaman itu merupakan peralihan dari agama Hindu-Buddha.
Paseban
Selanjutnya, ditemukan 20 umpak pondasi tempat menancapkan tiang bangunan) dan 4 alur yang diperkirakan bekas tempat berdirinya dinding pembatas.
Kuat dugaan bahwa struktur dan konstruksi bangunan pada masa itu terbuat dari kayu, sehingga yang tersisa hanyalah umpak-umpaknya saja.
Pendapa
Pendapa adalah ruang tamu yang umumnya terletak di bagian depan. Untuk menuju Pendapa ini cukup jauh setelah melalui area Paseban.
Kita harus turun tangga terlebih dahulu melalui dua lapis dinding pagar, yang dari bentukannya sepertinya dulu merupakan kanal.


Keputren
Keputren dalam struktur bangunan keraton merupakan tempat tinggal para putri. Keputren Ratu Boko terletak di timur pendapa.
Gua
Terdapat dua buah gua yang berada di lereng bukit tempat kawasan Ratu Boko. Dua buah gua itu kemudian disebut Gua Lanang (laki-laki) dan Gua Wadon (perempuan). Gua ini berbentuk lorong persegi. Terdapat relung seperti bilik di dalam bangunan gua. Kemudian ditemukan pahatan berbentuk seperti pigura persegi panjang.
Apa itu Susun Coba di Situs Ratu Boko
Sepanjang Mas Yulianto berkisah tentang sejarah Situs Ratu Boko, dijelaskan pula seluk-beluk pemugaran dan upaya restorasi bangunan-bangunan tersebut.
Proses restorasi, awalnya adalah bebatuan yang ditemukan tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan proses yang dinamakan susun-coba.
Susun coba ibaratnya bermain puzzle tetapi tiga dimensi. Jadi batu-batu yang ada disusun di suatu spot di belakang kawasan situs. Kemudian bila dinyatakan sesuai dan pas, maka diberi kode tertentu dibelakang susunan batu tersebut.


Nantinya batu-batu tersebut dipindahkan dan disusun lagi di tempat yang seharusnya. Misalnya komponen susun-coba tadi merupakan lanjutan dari gapura sisi timur, ya disusun lagi di sana.
Di sisi lain, untuk menghasilkan suatu susunan bangunan yang utuh, seringkali harus dilakukan tindakan replika untuk mengisi bidang yang bolong.
Sebagai penanda, batu-batu replika tersebut diberi lubang diameter seukuran jari kita. Jadi teman-teman kalau berwisata ke kawasan candi, kemudian notice di antara batu-batu ada yang berlubang kecil tengahnya, maka itu batu baru.

Misalnya ada kepala raksasa atau kala yang tidak utuh, dilarang untuk membuat tiruan bentuk mahluk tersebut.
Khawatirnya, kalau bentuk aslinya rusak atau punah, dan yang tersisa tiruannya, maka kita justru kehilangan catatan sejarah usia sebenarnya sebuah situs atau cagar budaya.
Penutup
Indonesia kaya dengan peninggalan sejarah berupa cagar budaya. Cagar budaya sendiri menurut peraturan bisa berupa situs, bangunan, struktur dan konstruksi, bahkan prasasti.
Sudah merupakan kewajiban kita untuk mempelajari sejarah dan budaya tersebut serta turut melestarikannya. Sebagai bangsa yang besar tentunya kita bangga dengan keanekaragaman warisan budaya tersebut.
Sumber:
https://tirto.id/sejarah-candi-ratu-boko-legenda-struktur-situs-bangunannya-gCY2
https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Ratu_Baka
https://garis.my.id/situs-ratu-boko-sleman-yogyakarta/
