Taman Arkeologi Angkor, Kamboja, Jejak Ibu Kota Khmer

Seperti yang saya tuliskan di artikel sebelumnya hari itu kami akan jelajah Taman Arkeologi Angkor, Kamboja, mulai dari menikmati sunrise at Angkor Wat sejak pagi buta, hingga matahari tenggelam. Kawasan situs ini memang sangat luas, yaitu 398 kilometer persegi, yang merupakan monumen keagamaan terbesar di dunia. Kalau melihat peta kawasan, kami mulai dari Angkor Wat, yang merupakan situs paling selatan, baru jelajah ke blok lain dengan nama-nama kuil yang berbeda.

Kuil-kuil di Angkor Thom

Destinasi berikutnya setelah berkeliling Angkor Wat, kami melanjutkan perjalanan menuju Angkor Thom.
Awalnya saya bingung apa bedanya Angkor Wat, Angkor Thom dan Angkor-angkor lainnya. Setelah dijelaskan oleh pemandu wisata, barulah saya agak mengerti.
Angkor artinya City. Thom artinya Great.

Berbeda dengan Angkor Wat yang dikelilingi kanal, Angkor Thom merupakan kompleks beberapa candi atau kuil yang temanya berbeda-beda.
Di dalam kawasan Angkor Thom terdapat beberapa kuil, yaitu Kuil Bayon, Baphuon, Terrace of the Elephant, dan beberapa kuil lainnya.

gapura angkor thom
gapura angkor thom

Masuk ke kawasan Angkor Thom ada gapura besar yang bisa dilalui mobil.
Setelahnya kami didrop, dan bis kami akan parkir di tempat yang telah disediakan. Jadi selanjutnya kami akan berjalan kaki mengamati kawasan bagian dari Taman Arkeologi Angkor tersebut.

Kuil Bayon

kuil bayon
kuil bayon

Ciri khas Kuil Bayon adalah patung-patung wajah besar yang menghadap ke empat penjuru.

Konon wajah-wajah raksasa tersebut menggambarkan Raja Jayavarman VII penguasa Khmer waktu itu. Tetapi ada juga teori yang menyatakan bahwa wajah-wajah tersebut melambangkan Sang Budha. Beberapa artikel menuliskan bahwa kuil ini campuran antara kuil Hindu dan Budha.

Seperti halnya kuil-kuil di Angkor Wat, disini pun tampak puing-puing yang dibiarkan dan berlumut.
Untuk mengunjungi Kuil Bayon, pengunjung harus menapaki tangga kayu yang cukup curam.

tangga curam di kuil bayon
tangga di kuil bayon

Saya tidak ikut naik ke atas, jadi hanya foto-foto saja di sekeliling kuil.
Kata suami yang naik ke atas, ada beberapa area yang dia merasa tidak nyaman untuk berlama-lama di sana. Percaya tidak percaya, selalu ada unsur lain di tempat-tempat yang usianya sudah ratusan tahun begini.

Masih ada lokasi lain yang bersebelahan dengan Kuil Bayon:

Kuil Baphuon

kuil baphuon
kuil baphuon

foto di kuil baphuon dan pohon-pohon besar di hutan

Kami pun menyusuri kuil, naik ke atas, keliling, lalu turun di sisi belakang, yang merupakan hutan dengan pohon-pohon teramat besar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10, matahari bersinar terang, sehingga jalan setapak cukup kering untuk dilalui. Masuk ke dalam hutan, ternyata banyak juga artefaknya, yaitu batu-batu besar yang dibiarkan berserakan.

hutan di sekitar kuil baphuon
batu berserakan di hutan sekitar kuil baphuon

Kuil Terrace of the Elephant

Kuil ini merupakan bagian dari dinding kuil yang berwarna kehitaman. Dinamakan Terrace of the Elephant karena tampak pahatan bentuk gajah di sepanjang dindingnya.

Kuil Ta Prohm

menuju kuil ta prohm

Kuil ini beda kawasan dengan kuil-kuil yang ada di Angkor Thom. Jadi kami harus naik mobil terlebih dahulu kira-kira satu kilometer menuju kawasan ini.

Menurut penjelasan yang saya baca, kuil Ta Prohm merupakan kuil yang dilupakan, dibangun kemungkinan di akhir abad ke-12 atau awal abad ke-13.

Pertama kali kawasan ini ditemukan hingga sekarang, restorasi yang dilakukan lebih pada membiarkan apa adanya kondisi kuil-kuil yang menyatu dengan hutan alami.

UNESCO menetapkan kawasan ini dalam daftar World Heritage di tahun 1992, dan menjadikan kawasan ini paling ramai dikunjungi wisatawan di seluruh Kamboja.

Bahkan di tahun 2001, area Ta Prohm menjadi lokasi shooting film Tomb Raider, sebuah film action yang berasal dari video game berkisah tentang Lara Croft. Itu sebabnya sekarang kuil ini juga sering dijuluki Kuil Tomb Raider.

Ketika kami tiba di Ta Prohm, setelah memasuki gapura kami masih harus berjalan menyusuri jalan tanah di dalam hutan.
Beberapa kali kami melewati tenda-tenda yang digunakan oleh para korban perang untuk mencari donasi. Mereka memainkan alat musik tradisional, dan semuanya tuna daksa, akibat ranjau darat. Perlu diketahui akibat perang saudara, sampai sekarang masih saja ada korban-korban ranjau darat ini.

Rupanya Ta Prohm pun sama kondisinya dengan kuil-kuil sebelumnya di kawasan Angkor Thom. Sebagian direstorasi, sebagian dibiarkan menjadi puing berserakan, beberapa bagian ditumbuhi pohon menjulang.

Begitu kami masuk ke kawasan kuil, jalan setapak dibuat khusus dari konstruksi kayu yang diberi pagar. Sehingga pengunjung harus tertib jalan di tempat yang disediakan dan tidak gentayangan kemana-mana.

Pohon-pohon yang menjulang sepertinya usianya mungkin sudah ratusan tahun. Begitu dominannya pohon-pohon yang dibiarkan tumbuh tersebut, sehingga menimbulkan decak kagum para pengunjung.

akar pohon pada kuil dan baja-baja penyangga ala kadarnya

Pengunjung pun lumayan banyak, sehingga tidak mudah mencari spot untuk berfoto ria.
Apalagi rombongan kami jumlahnya cukup banyak yaitu 30 orang.
Pelataran kayu yang sengaja dibangun agar pengunjung tidak langsung menginjak batu candi untungnya masih cukup foto-foto berdua secara bergantian.

foto bersama
foto lagi

Seperti halnya memasuki kawasan restorasi, pengelola wisata mengatur jalur masuk dan keluar dengan baik. Sehingga flow pengunjung dapat berjalan tanpa kendala.
Jelajah Taman Arkeologi Angkor pun tidak takut tersesat, tinggal mengikuti saja orang-orang tersebut arahnya kemana.

matahari terbenam
area kuil untuk menanti matahari terbenam

Penutup

Tadinya saya mengharapkan untuk kuil-kuil yang tidak ditumbuhi pohon, direstorasi serius. Seperti halnya Candi Borobudur, yang dengan bantuan komputer dibuat replika-replikanya, sehingga generasi yang akan datang masih bisa mengamati sejarah budayanya.

Menurut saya, kebijakan restorasi ala kadarnya seperti ini, apalagi pohon-pohon semakin besar, lama kelamaan membuat kuil Ta Prohm semakin lapuk.

Beberapa kuil bahkan hanya disangga dengan batang-batang baja ala kadarnya, untuk menahan supaya tidak rubuh saja. Ada juga mahkota gapura yang diikat dengan kabel baja begitu saja.

Update kondisi sekarang yang saya telusuri dari internet, sebagai Taman Arkeologi Angkor, penggalian dan penelitian masih terus dilakukan. Bahkan baru-baru ini ditemukan tubuh patung Buddha abad ke-12 atau ke-13 ini ditemukan pada Maret 2025 di sekitar Kuil Ta Prohm, sementara kepalanya ditemukan pada tahun 1927.

Tinggalkan komentar