Pengalaman Naik Kereta Wisata Heritage Ambarawa

Seperti yang telah disampaikan di artikel sebelumnya ketika mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa, kami dijadwalkan naik Kereta Wisata Heritage Ambarawa.
Rombongan kami berjumlah 80 orang, sesuai kapasitas kereta yaitu 40 orang per kereta.
Dalam istilah perkereta-apian, tempat untuk mengangkut penumpang namanya kereta. Kalau gerbong itu istilah tempat untuk mengangkut hewan, misalnya sapi, domba, dan lain-lain.
Jadi jangan salah ya, jangan sebut gerbong lagi…

Perjalanan Kereta Wisata Heritage Ambarawa

lokomotif uap
lokomotif uap, sumber: hani

Waktu itu rombongan kami adalah peserta Field Trip dari rangkaian acara Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI).
Menurut susunan acara field trip ini meliputi mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa, naik kereta wisata Ambarawa-Bedono pp, kemudian makan siang di sekitar Rawa Pening.

Dari Semarang kami naik dua buah bus dan setibanya di Stasiun Ambarawa, kami eksplore sebentar Museum Kereta Api Ambarawa, dan harus segera berkumpul di emplasemen, karena mendekati jadwal keberangkatan kereta wisata.

Menurut penjelasan pemandu, Kereta Wisata Heritage Ambarawa yang kami naiki merupakan kereta dengan lokomotif tenaga uap bernomor B 2503. Kereta ini kereta jadul banget, yang digunakan di era pemerintah Hinda Belanda. Di seluruh dunia, lokomotif digerakkan tenaga uap ini tinggal tiga (3) yang tersisa yaitu di Swiss, India, dan Indonesia.
Lokomotif B 2503 ini diproduksi tahun 1902 yang pabriknya pun sudah tutup.

Dari kejauhan dari sisi kiri kami, terlihat lokomotif tiba dengan uapnya yang mengepul-ngepul kehitaman. Adapun bahan bakar untuk menggerakan kereta uap ini harus kayu jati, yang dibakar untuk memanaskan air hingga uapnya mencapai tekanan tertentu, kemudian nantinya mampu menggerakan mesin loko.

pura-pura zaman perang

Perjalanan kami didampingi oleh pemandu yang pakai kostum ala-ala Meneer zaman Belanda gitu. Ketika kereta api sempat berhenti, dia pun bergaya pura-pura lagi perang.

Menurut penuturan pemandu, wilayah Ambarawa memang di zaman perjuangan kemerdekaan dikenal ada peristiwa Palagan Ambarawa, yaitu pertempuran ini terjadi antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang didukung oleh rakyat Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris) di wilayah Ambarawa dan sekitarnya pada tahun 1945.

Konon pasukan Tentara Keamanan Rakyat menerapkan praktik perang gerilya untuk melumpuhkan pasukan Sekutu.

Kereta yang akan kami naiki merupakan kereta penumpang berdinding kayu dan kursi model bangku menghadap ke depan.
Kereta api berjalan tidak terlalu cepat sehingga kami bisa menikmati pemandangan, sawah membentang, dan di kejauhan gunung Ungaran.

bolak-balik berhenti

Beberapa kali kereta berhenti karena mesin terlalu panas, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu dengan menyiram air. Entah berapa kubik air yang digunakan untuk mendinginkan mesin kereta uap ini.

Kami pun tiba di Stasiun Jambu, lagi-lagi kereta berhenti agak lama. Kali ini ada peristiwa cukup menarik, karena loko dipindahkan ke belakang rangkaian kereta, untuk posisi mendorong kereta.

stasiun jambu
stasiun jambu, sumber: hani

Kata pemandu, dari Stasiun Jambu ke Stasiun Bedono ini rel KA posisinya menanjak. Untuk itu loko juga dilengkapi gigi yang mengunci ke rel KA khusus.

Lucu juga, loko yang tadinya posisinya di depan, sekarang ada di belakang.
Tetapi lagi-lagi kereta harus berhenti karena terseok-seok tak kuat nanjak.

posisi mendorong
posisi loko ditukar, dari menarik menjadi mendorong

Setelah dicoba beberapa kali didinginkan, dinyalakan lagi, coba jalan, tapi bergeming. Akhirnya diputuskan, perjalanan tidak dilanjutkan sampai ke Stasiun Bedono.
Mau tak mau kami harus kembali ke Stasiun Ambarawa, karena percuma juga dipaksakan.

depan loko
depan loko

Sebenarnya saya agak kecewa, karena Stasiun Bedono merupakan salah satu bangunan bersejarah perkereta-apian. Di sisi lain, saya cukup lega, karena kami tidak perlu menyiksa kereta terlalu lama. Perjalanan pun agak lebih cepat, karena jalannya menurun, dan lokomotif sudah dipindahkan lagi ke depan.

stasiun Bedono, 1972, sumber: wikipedia

Jujur, walaupun pengalaman naik Kereta Wisata Heritage Ambarawa ini merupakan pengalaman berharga, tetapi cukup sedih, karena kereta uap ini tidak ramah lingkungan. Walaupun konon hanya dioperasikan sebulan sekali.
Berapa batang pohon jati yang harus ditebang untuk nantinya tersisa jadi abu, hanya demi jadi objek wisata? Apalagi menurut masinis, kayunya harus kayu jati karena kalau dibakar bisa mencapai suhu yang pas untuk menggerakkan mesin uap.

Setelah tiba kembali di Stasiun Ambarawa, kami pun lanjut eksplor area Museum Kereta Api Ambarawa, foto-foto berbagai model kereta api jadul yang masih terawat apik.

@haneewid

Kereta Wisata Heritage Ambarawa Tahun 2018 masih bisa pakai lokomotif jadul berbahan bakar kayu jati

♬ original sound – tri w handayani – tri w handayani

Kereta Wisata Heritage Ambarawa 2025

Pengalaman naik kereta wisata di atas merupakan pengalaman bertahun-tahun yang lalu.
Bagaimana dengan kondisi sekarang? Apakah masih menggunakan kereta yang ditarik lokomotif tenaga uap B 2503?

Ternyata dari Instagram wisata.museumkeretaapiambarawa, Kereta Wisata Heritage Ambarawa masih beroperasi, tetapi ditarik oleh lokomotif diesel. Sepertinya lokomotif tenaga uap tidak dioperasikan lagi. Iya sih…kayu jatinya juga sulit didapat…

Relasi perjalanannya dari Ambarawa-Tuntang. Kalau lihat di peta, Stasiun Tuntang letaknya arah timur dari Stasiun Ambarawa dan menyusuri Rawa Pening. Berbeda waktu saya dan teman-teman naik kereta ini beberapa tahun yang lalu, Stasiun Jambu letaknya arah barat dari Stasiun Ambarawa.

Jadwal dan harga tiketnya bisa kalian cek di flyer di bawah ini. Harga tiket kereta api belum termasuk tiket mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa ya…

Adapun pemesanan hanya bisa dilakukan secara offline mulai pukul 08:00.
Membaca berbagai komentar di Instagram wisata.museumkeretaapiambarawa banyak calon penumpang yang kecewa, karena sudah datang jauh-jauh dari luar kota tetapi kehabisan tiket.

Sepertinya langkah ini memang menjadi pilihan dari pengelola untuk menekan jumlah penumpang yang antusias naik kereta jadul.

Semoga bermanfaat.

9 pemikiran pada “Pengalaman Naik Kereta Wisata Heritage Ambarawa”

  1. Noted, beda antara gerbong dan kereta.
    Wah, sayang sekali tidak sampai tujuan ya Mbak Hani, dan harus balik ke stasiun awal..Meski demikian dah ada pengalaman naik kereta masa perjuangan plus didampingi pemandu berkostum ala-ala Meneer yang bergaya pura-pura lagi perang. Seruuu!
    Tapi saat tahu tiket dijual offline jadi mikir..hadeh dah jauh-jauh ke situ kalau ga kebagian tiket ya gigit jari, mesti pagi-pagi antri kalau gini

    Balas
  2. Ini keretanya berarti tua banget ya, mbak dari zaman belanda dulu? Makanya masih manual banget ya pengoperasiannya. Alhamdulilah sekarang untuk bahan bakar ya sudah diganti ya jadi tidak lagi menggunakan kayu jati yang mahal

    Balas
  3. Sepertinya perlu menjual tiket secara online ga sih, datang jauh-jauh lalu kehabisan tiket pasti kecewa banget. Meski lama di Semarang tapi blom pernah ke Ambarawa naik kereta, bisa banget dicoba nih kalau pas pulkam

    Balas
  4. Tahun lalu kami tidak sempat naik kereta ini padahal sudah pengen banget, karena full booked di hari tersebut. Akhirnya kami hanya mengitari museum kereta. Banyak pelajaran yang diserap kiddos dan kami saat mengitari museum

    Balas
  5. Meskipun jadul justru banyak diminati ya. Karena antiknya itu jadi banyak orang yang penasaran dan pengen tahu bahkan pengen naik sendiri secara langsung
    Bangga banget bangsa kita masih punya kereta api antik dan yang pernah ke sana pasti senang dong… Gak bisa semua orang punya kesempatan seperti itu

    Balas
  6. Pengalaman berharga sekali mbak bisa menikmati perjalanan kereta wisata legendaris seperti ini. Mungkin perlu dipertimbangkan oleh petugas di sana untuk membuka loket pemesanan tiket online bagi yang ingin mencoba arena kereta wisata ini biar ngak banyak yang kecewa karena kehabisan tiket setelah datang jauh-jauh ke lokasi.

    Balas

Tinggalkan komentar