Singapore City Gallery, Jejak Transformasi Kampung Nelayan

Waktu itu saya bersama teman-teman dosen dan beberapa perwakilan mahasiswa studi banding ke NUS (National University of Singapore), sebuah universitas ternama di Singapura. Dalam rangka melengkapi studi banding dan menambah wawasan tentang perencanaan kota, kami berkunjung ke Singapore City Gallery. Dulu sering juga disebut sebagai URA singkatan dari Urban Redevelopment Authority, sebuah otoritas pembangunan kota di Singapura.

Tentang Urban Redevelopment Authority

peta singapura
peta singapura

Singapore, kalau dipikir, itu kota, negara atau negara pulau? Luasnya yang 735,7 km persegi menjadi salah satu negara terkecil di dunia.
Menurut beberapa sumber, Singapura dulu dikenal dengan nama Temasek, di abad ke-13 hingga abad ke-14. Kemudian seseorang bernama Sang Nila Utama menjelang akhir abad ke-14 mendirikan Kerajaan Singapura.

Terjadi perpindahan kekuasaan berkali-kali dan pulau ini diklaim oleh orang-orang Siam dan Jawa. Dalam sejarah, penguasa terakhir Singapura, Parameswara melarikan diri ke Melaka setelah diserang oleh Majapahit dan mendirikan Kesultanan Melaka pada abad ke-15. Kemudian beralih tampuk kekuasaannya ke Kesultanan Johor sejak abad ke-16, dan berakhir menjadi koloni Inggris pada abad ke-19.

Singapura itu menurut saya, kecil-kecil cabe rawit. Populasinya diperkirakan mencapai 6 jutaan jiwa, terdiri dari warga negara Singapura, penduduk tetap, dan bukan penduduk. Berbagai ras tercampur di sini, sehingga disebut sebagai negara multietnis, meliputi empat kelompok ras utama: Tionghoa, Melayu, India, dan lainnya. Bahasa pengantarnya bahasa Inggris dengan penekanan dialek lokal yang kental.

Luas negara yang terbatas dengan penduduk segitu-gitunya, tak heran kalau pemerintah setempat begitu detail memikirkan segalanya. Termasuk didirikannya URA atau Urban Redelopment Authority ini.
Otoritas ini adalah sebuah otoritas perencanaan dan konservasi tata guna lahan Singapura. Misinya menjadikan Singapura kota yang nyaman untuk ditinggali, bekerja, dan bermain.

Nyaman untuk ditinggali itu dilakukan dalam perencanaan jangka panjang dan komprehensif, yaitu membuat Rencana Jangka Panjang dan Rencana Induk untuk memandu pembangunan fisik Singapura secara berkelanjutan. Rencana dan kebijakan kami berfokus pada pencapaian lingkungan hidup yang berkualitas bagi Singapura.

Awalnya URA dibuka 27 Januari 1999 oleh Lim Hng Kiang, Menteri Pembangunan Nasional di masa itu. Kemudian setelah mengalami renovasi, dibuka kembali 3 Desember 2004 dan berganti nama menjadi Singapore City Gallery.

Ada Apa di Singapore City Gallery

URA
the URA centre

Kami berempat berangkat dari hotel di wilayah Little India menuju Singapore City Gallery di 45 Maxwell Road, The URA Centre, Singapore 069118.

Mahasiswa menginap di apartemen didampingi oleh seorang dosen lainnya dan sudah janjian bertemu di galleri ini. Walaupun tidak ada biaya tiket masuk ke galeri, tetapi sebaiknya booking terlebih dahulu di website URA untuk menghindari over crowded bila peserta terlalu banyak. Wakil mahasiswa dari kampus kami tidak banyak hanya belasan saja.

bersama teman dosen
bersama teman dosen dari Bandung

Terdapat beberapa galeri yang mengisahkan transformasi lebih dari 50 tahun kota ini yang awalnya hanyalah sebuah desa nelayan yang berkembang menjadi kota kosmopolitan.

Begitu masuk ke galeri, kita akan melihat sebuah dokumentasi yang lengkap, ilustrasi pembangunan kota Singapura sejak berdiri, hingga media interaktif digital yang sangat menarik.

maket
singapura dulu
maket singapura
maket kota singapura

Terdapat beberapa galeri sesuai tema yang diusung dan dapat kita nikmati satu demi satu di gedung berlantai tiga ini.

Bila kita naik ke lantai dua, kita bisa melihat ke bawah miniatur Singapura saat ini dalam bentuk maket tiga dimensi yang amat detail.

maket lengkap
maket dari lantai dua

Salah satu galeri yang terletak di lantai dasar, juga terbagi menurut beberapa tema yang berbeda. Di sebelah kanan kita akan tiba di area “Singapore, Vibrant City“, merupakan pertunjukan proyeksi 270 derajat yang membentang lebih dari 12 meter. Difilmkan dengan 5 EOS5D pada perangkat yang dirancang khusus, film dokumenter ini memperlihatkan denyut 24/7 di Singapura dari balik lensa.

digital
singapore, vibrant city

Kemudian masuk ke area dengan tema “Touchstones“, yaitu berupa pameran interaktif menyajikan tantangan dan dilema yang dihadapi perencana Singapura, lahan sempit, aspirasi warga. Juga konflik antara kebutuhan mengembangkan atau melestarikan serta antara kebutuhan negara dan dukungan ekonomi.

Kita juga bisa mengeksplorasi galeri yang dibuat tentang periode pembangunan Kota Singapura di galeri Period of Progress. Menjelajahi waktu dengan gambar-gambar Singapura masa lalu sampai saat ini. Pulau yang awalnya kecil, melalui reklamasi bisa menambah luasnya lebih dari 20% dibanding tahun 1960-an. Walaupun konon menurut beberapa sumber, tanah untuk reklamasi ini dibeli dari tanah di pantai wilayah Indonesia.

reklamasi
creating land from the sea

Gedung tiga lantai ini memamerkan bagaimana Singapura membuat kota yang berpenduduk 6 juta jiwa ini menjadi metropolis. Istimewanya, dalam membangun kotanya, Singapura tidak melupakan ruang hijau untuk paru-paru kota. Suatu hal yang hampir sulit diaplikasikan di kota-kota Indonesia.

Creating Green

creating green
creating green

Salah seorang dosen jurusan Teknik Arsitektur di NUS, yang dulunya warga Bandung, menjelaskan, bahwa Singapura karena pulaunya kecil, maka pembangunan kotanya ke atas dan ke bawah. Ke atas berarti mereka membangun bangunan high rise (berlantai banyak puluhan lantai) dan membangun ke bawah, mereka berani membuat basement hingga enam lapis ke bawah permukaan tanah.

Tata kotanya apik dan asri, ketika kalian jalan-jalan di antara bangunan tinggi, juga bertebaran ruang terbuka hijau dan taman-taman yang terawat. Demi menjaga agar ruang hijau untuk paru-paru kota tetap terjaga, banyak bangunan yang juga menerapkan vertical garden, yaitu dinding-dinding bangunan tinggi yang dilengkapi taman-taman gantung.

Penutup

Di Singapore City Gallery ini saya belajar banyak dan menambah wawasan ketika sebuah kota bisa dibangun dengan terpadu. Semua begitu rapi dan teratur.

Singapore City Gallery, Jejak Transformasi Kampung Nelayan
Singapore time line: from fishing village to trading port

Di website galeri ini pun warga bisa mempelajari, apa saja yang sudah dilakukan oleh URA, otoritas yang bertanggungjawab atas perencanaan dan pengembangan kota. Semuanya bersinergi dan dengan transparan diumumkan ke publik. Misalnya ada data-data properti, mulai dari hunian, bangunan komersial dan bangunan konservasi.

Walaupun boleh dibilang Singapore City Gallery bukan termasuk objek wisata, tetapi menurut saya tempat ini sangat menarik, apalagi free ticket.

Galeri secara keseluruhan menempati area seluas 2.400 meter persegi. Buka Senin hingga Sabtu, pukul 09.00 hingga 17.00, dan tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional.

Tinggalkan komentar