Wisata Belanja ke Pasar Kain Tenun di Ruteng, Flores

Perjalanan dari Kampung Adat Bena menuju kota Ruteng di malam itu kami tempuh 4 jam lebih. Jalan berkelok menyusuri tebing dan hutan bambu tak terlalu terlihat mencemaskan karena gelap. Goyangan bus ke kanan ke kiri, menurun dan menanjak, walaupun kami setengah tertidur tetap terasa melelahkan.

Malam itu kami sampai di hotel Sindha di Ruteng pukul 00:30, setelah pembagian kamar, saya pun mandi air panas lalu tidur. Sebelumnya sempat chat dan halo-halo siapa saja yang besok akan ke pasar dan kumpul pukul berapa.
Setelah sarapan keesokan harinya, kira-kira setengah dari kami cap-cus jalan kaki ke Pasar Tradisional Ruteng. Tempatnya memang tak jauh dari hotel.

Pasar Kain Tenun, Ruteng

Area Pasar Kain Tenun letaknya di belakang Pasar Inpres Ruteng, jadi kami melewati terlebih dahulu los-los penjual barang kebutuhan sehari-hari. Terdapat juga produk khas Flores yaitu kopi dan vanili.

Namanya juga pasar walaupun pasar kain tenun. Jadi beberapa los memang sudah buka sejak pagi, atau bersiap-siap akan buka. Kain-kain tenun ikat digantung rapi dengan warna dan corak yang berbeda dibandingkan dengan kain-kain yang kami jumpai dari Sentra Tenun Sikka, Kelimutu maupun Bena.

Teman saya Elly, yang asli Kupang hafal berbagai motif kain tenun, yang ternyata berbeda-beda tiap wilayah.
Kata Elly, itu motif Todo. Dari sini saya baru perhatikan. Bahkan kata Elly, tiap kampung motifnya berbeda.
Harga kain tenun di pasar memang lebih murah, sekitar 200 hingga 400ribu rupiah.
Teman-teman saya pun ternyata semangat sekali, tunjuk sana tunjuk sini, tawar sana tawar sini.
Saya membeli sehelai seharga 350ribu dan beberapa selendang untuk oleh-oleh seharga 50ribuan.
Bukan hanya kain yang di jual di sini, tetapi beberapa produk kerajinan lain, misalnya tas, dompet, dan lain-lain.

Dalam perjalanan kembali ke hotel selepas berbelanja, kami berpapasan dengan rombongan lain yang baru berangkat ke pasar. Berkat grup WhatApps, hasil share foto di pasar ternyata iklan jitu menggugah ketertarikan teman-teman lain untuk menyusul belanja kain tenun juga.

teman-teman yang berbelanja kain tenun

Kain Tenun sebagai Warisan Budaya Flores

Tenun ikat adalah gambaran sebuah proses sebuah proses tenun yang dilakukan dengan cara mengikat motif terlebih dahulu sebelum dilakukan pewarnaan dan selanjutnya ditenun.
Dari hasil obrolan di antara teman-teman ada yang mengoleksi tenun ikat. Tak heran mereka bersemangat mengoleksi, karena keunikan dari motif kain tenun yang berbeda-beda.

Kain tenun ikat ditenun dengan alat tenun gendong, sehingga lebarnya hanya selebar badan penenun, kira-kira 70 cm. Oleh sebab itu selembar sarung merupakan gabungan dua helai kain 70 X 200 cm yang dijahit tangan. Sarung jadinya setinggi dada, yang dipakainya dililit seperti memakai sarung.
Ada pula yang merupakan gabungan 3 helai kain.

Jadi ya teman-teman, kain-kain yang kami beli, kami dedel, lalu paron, berdua atau bertiga. Jatuhnya jadi tidak mahal, karena kain seharga 700ribu bisa dibagi berdua. Mudah saja, nanti disambung dengan kain yang senada warnanya, atau dibuat kombinasi.

Di Nusa Tenggara ada 3 macam kain tenun, yaitu:

  • Tenun Ikat, prosesnya benang lungsi (arah panjang) diikat sesuai motif, kemudian melalui proses pewarnaan berulang, terakhir baru ditenun.
  • Tenun Buna, menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan benang yang terlebih dahulu telah diwarnai.
  • Tenung Lotis atau Songke (Songket), mirip dengan tenun Buna, tetapi memakai gabungan benang emas.

Di Flores terdapat hampir 30 suku dan setiap suku mempunyai bahasa dan dialeknya sendiri. Di bagian timur ada suku Sikka, Larantuka, Lio, dan Ende. Kemudian di bagian tengah tinggal suku Ngada, Riung, dan Nage Keo. Sedangkan di barat tinggal orang-orang Manggarai yang terdiri dari beberapa kampung dan adat.

Matapencaharian mereka adalah bercocok tanam, kopi, kemiri, vanili, dan lain-lain. Kemudian juga beternak kerbau dan kuda. Itu sebabnya pada beberapa motif tenun ikat di Flores menampilkan kuda pada ragam hias kain tenunnya, seperti yang kami jumpai di Kampung Adat Bena.

Berbagai Motif Tenun

Berikut beberapa motif tenun ikat yang sering kita jumpai, yaitu:

  • Motif Utan Dala (bintang kejora)
  • Motif Utan Naga Lalang
  • Motif Jarang Ata Bian
  • Motif Korosang Doberadu Manu Dadin
  • Motif Okokirek
  • Motif Mawarani (bunga mawar)
  • Motif Patola

Motif kain tenun NTT sangat beragam dan mencerminkan identitas budaya, alam, serta filosofi hidup setiap daerah. Beberapa motif terkenal antara lain motif kuda dan naga (Sumba), geometris dan Buna (Rote dan Sabu), hujan dan pepohonan (Maumere), serta motif Ntala (bintang) dari Manggarai yang melambangkan harapan dan kebaikan.

salah satu motif tenun NTT

Penutup

Ketrampilan menenun diwariskan turun-temurun dari zaman dulu kala, terutama ke pada anak-anak perempuan dalam sebuah keluarga. Ada dugaan, ketrampilan menenun mulai kurang diminati oleh anak perempuan generasi sekarang. Hal ini disebabkan proses pembuatannya bertahap dan durasinya yang lama, perlu ketelitian dan ketekunan.

Ditambah lagi bahan baku benang kapas tidak murah, proses pembuatan pewarna alami yang juga perlu waktu dan tenaga, maka perlu modal untuk mewujudkan sehelai kain.

Pasar Kain Tenun Ruteng ini dapat menjadi etalase warisan budaya Flores akan berbagai produk tenun ikat maupun tenun songket dari seluruh wilayah Nusantara Tenggara.

Tinggalkan komentar